Miliki Icon Unik, Geopark Galunggung Berpotensi Go Internasional

Geopark , Galunggung

TASIKMALAYA, LENSAJABAR.COM — Gugus Tugas Panitia Pelaksana Pemkab Tasikmalaya gelar Forum Group Discussion (FGD) Geopark Galunggung dipimpin langsung Sekda M. Zein di Room Rapat Sekda.

Di kesempatan tersebut, tokoh Jawa Barat DR H. Anton Charliyan Mpkn menampung saran dan masukan dari stakeholder terkait FGD tersebut.

Anton menyampaikan pandanganya, bahwa Geopark Galunggung ini perlu sesegera mungkin menentukan Icon yg paling pantas, relevan, unik dan punya nilai jual tinggi baik dari sisi Geoside, budaya maupun hayatinya. Dari Sisi Geoside yg paling relevan sesuai pula dengan naskah-naskah kuno adalah Parit Galunggung yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Batu Mahpar atau Batu Ampar sebuah hamparan batu keras semacam Granit selebar kira-kira 30 Meter yang tergelar sepanjang 20 km, menurut catatan Geologis berusia kira kira 6500 sebelum masehi.

Geopark, Galunggung

“Dengan batuan ini, berpotensi tidak hanya sekedar Geopark Nasional tapi juga bisa menjadi World Geopark International,” ungkapnya, Rabu (30/9).

Dirinya memaparkan, dari mulai Curug Manawah sampai Dinding Ari yang merupakan lempengan bekas Gletser yang usianya menurut catatan Geologi diperkirakan 6500 SM.

Baca Juga :

Kaya dengan Destinasi, Yuk..! Jelajahi 80 Tempat Wisata Di Kota Bogor

“Kawah atau air panas, tempat lain juga banyak yang jual, tapi kalau menjual Parit atau Batu Mahpar satu-satunya di dunia hanya ada di Galunggung,” ucap Anton.

Adapun untuk budaya Kabupaten Tasik punya Kampung Adat Naga yang mempunyai budaya Buhun yang sangat Khas dan unik, selain bisa berkunjung ke tempatnya langsung bisa juga sebagian di adopsi ke tempat wisata mulai dari bentuk rumah, tradisi upacaranya, serta melestarikan kesenian khasnya.

“Disamping itu di dekat lokasi Batu Mahpar ada peninggalan sejarah yang luar biasa Maqom Walahir sebanyak 1700, yang merupakan situs makam terbesar se-Nusantara peninggalan Eyang Batara Sempakwaja pembuka Karesian kabataraan dan kerajaan pertama di Galunggung.

“Galunggung dimata masyarakat Sunda merupakan salah satu pusat Spiritual sejak zaman dahulu kala, bahkan naskah kuno Parahyangan dikenal sebagai Tarajuna Jawa Dwipa, pusat paku penyeimbang Jawa dwipa. Kemudian terakhir menyangkut Hayati Galunggung punya tanaman endemik sendiri yang sangat khas antara lain Pohon Berdarah, Angsana, Kiara, Angkrek Epifit, Kantong Semar, Antanan Gunung, Pala, Kopi, Gaharu dan lainnya,” jelas Anton.

Lebih katanya, Khewaninya punya endemik yang khas pula antara lain Ular Naga Hitam, Kera berbulu Emas, Elang Rajawali dan lainnya.

“Semua ini punya daya jual yang sangat tinggi, bila bisa terakses secara sistemik dan terintegrasi serta dikelola dengan manajemen yang baik dan profesional,” ungkap Anton lagi.

Selain Abah DR H. Anton Charliyan Mpkn sebagai tokoh Jawa Barat yang juga aktif sebagai penggiat Budaya giat tersebut juga dihadiri Ketua Harian Geopark Safari, Ketua Kaprodi Universitas Siliwangi, para Camat, Kepala Perhutani, seluruh Kepala Dinas terkait serta para tokoh masyarakat. (Lilis/Dedi) .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *