BANDUNG,LENSAJABAR.COM– Dalam rangka memperingati hari lahir pencetus kedaulatan wilayah kelautan Nusantara Ir H Djuanda Kartawidjaja yang ke-107, warga Liogenteng II/18 RT 06/05 kelurahan Nyengseret, kecamatan Astana Anyar gelar Bandung Parahu Kolotok Festival di aliran sungai Cikakak yang di pelopori oleh Sekolah Ra’jat Inggit Ganarsih, Minggu (14/1/18).
Kemeriahan Acara yang di gelar ini di mulai pada Pukul 08.00 WIB di awali dengan acara pawai/helaran Perahu Kolotok bersama seluruh warga Liogenteng dengan mengambil rute pawai/helaran di mulai jalan Liogenteng, Jalan Astana Anyar, jalan Ibu Inggit Garnasih, jalan Siti Munigar, jalan Wiria, jalan Otto Iskandardinata, jalan Astana Anyar dan berakhir di aula RW 05 Jalan Liogenteng.
Sebanyak 30 lebih orang peserta festival Perahu Kolotok yang terdiri dari anak-anak warga Liogenteng meramaikan keseruan acara tersebut.
Berdasarkan rilis yang di terima redaksi lensajabar.com, dalam perjalanan sejarah sebuah bangsa, ia akan selalu melahirkan putra-putra terbaiknya yang memiliki dedikasi dalam menyumbangkan segenap tenaga dan fikirannya, baik moril maupun materiil bagi kemajuan bangsa tersebut. Begitu pula dengan Republik Indonesia,ia banyak melahirkan putra-putra terbaiknya, salah satunya yaitu Ir.H.Djuanda Kartawidjaja beliau lahir di Tasikmalaya pada 14 Januari 1911 dari pasangan Rd. Kartawidjaja dan Nyi Monat.
Semasa hidupnya, Djuanda dikenal sebagai tokoh yang aktif di dalam pemerintahan. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, sejak tahun 1946 hingga 1963 beliau selalu di percaya untuk memegang berbagai jabatan,di antaranya sebagai Menteri, Perdana Menteri, Menteri Pertama hingga pejabat presiden RI tak heran apabila beliau mendapat julukan sebagai “Menteri Marathon”.
Sumbangan terbesar Ir H Djuanda bagi Indonesia adalah mendorong lahirnya sebuah deklarasi pada tanggal 13 Desember 1957, ia mengukuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Pada saat itu, Ir H Djuanda selaku Perdana Menteri RI mengumumkan sebuah deklarasi yang menyatakan: “Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang memghubungkan pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia tanpa memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari Perairan Nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Negara Republik Indonesia”. Pengumuman ini selanjutnya di kenal dengan istilah Deklarasi Djuanda.
Deklarasi Djuanda menjadi karyanya yang paling strategis, karena mentahbiskan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan sekaligus menjadi Negara Maritim terbesar di dunia,dengan luas wilayah laut 5,8 juta km2 dengan lebih dari 17.500 pulau yang di kelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km.Ini menjadi sangat spesial karena menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis Pantai terpanjang kedua setelah Kanada.
Sosok Djuanda mampu mengimplementasikan apa yang di cita-citakan bangsa Indonesia yaitu satu Negara yang berdaulat utuh dan Deklarasi Djuanda adalah jawaban dari sebuah kesadaran kewilayahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Sang Negarawan, Administrator dan Teknokrat Utama ini meninggal dunia di usianya yang ke-52, pada 7 November 1963 akibat serangan jantung dan di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Beliau selanjutnya di anugerahi gelar ” Tokoh Nasional/Pahlawan Kemerdekaan Nasional” oleh Pemerintah RI pada tahun 1963. Oleh karena itu, menjadi kewajiban generasi muda Indonesia khususnya generasi muda Jawa Barat masa kini untuk tidak melupakan jasa-jasa dan perjuangan Djuanda Kartawidjaja.
Sementara Ketua Panitia, Sandi menyampaikan, setelah di laksanakannya “Festival Seni Merakit Didokaran” yang pihaknya selenggarakan setiap bulan Ramadhan, kali ini sakola Ra’jat Iboe Inggit kembali gelar sebuah kegiatan yang kali ini di beri nama ” Bandung Parahu Kolotok Festival”.
Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengingat jasa-jasa dan mengenalkan kembali sosok serta peranan Ir H Djuanda Kartawidjaja kepada masyarakat luas.Puncak kegiatan Bandung Parahu Kolotok Festival ini di laksanakan bertepatan dengan peringatan hari lahir Ir.H.Djuanda Kartawidjaja yang ke 107 tahun.
Sebuah permainan anak tempo dulu yaitu perahu Kolotok menjadi sumber inspirasi pada kegiatan Bandung Parahu Kolotok Festival ini. Permainan perahu kolotok yang terbuat dari bahan alumunium/seng berbentuk kapal perang angkatan laut dengan bendera merah putih di belakangnya, ini menjadi sebuah media/alat untuk mengenalkan kembali sosok dan peran Djuanda yang menjadikan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia kepada generasi muda khususnya anak-anak,” ungkap Sandi.
Baginya, permainan perahu Kolotok menyimbolkan bahwa wilayah laut Indonesia yang luas ini harus di jaga keutuhannya serta di manfaatkan untuk kepentingan rakyat, sesuai amana Deklarasi Djuanda.
“Yang menjadi keunikan dalam kegiatan Bandung Parahu Kolotok Festival ini,dengan segala kreativitas dan imajinasinya para peserta festival membuat dan merakit sendiri Perahu klotok versi mereka,” ucap Sandi.
Sandi menambahkan, dengan di selenggarakannya kegiatan Bandung Parahu Kolotok Festival yang baru pertamakali diadakan di kota Bandung ini, dirinya berharap dapat berdampak kepada kondisi lingkungan Liogenteng, spirit Ir H Djuanda dapat terus hidup di kalangan generasi muda. (*red.).