BOGOR, LENSAJABAR.COM – Tradisi Rebo Wekasan sudah menjadi budaya bagi warga Bogor, khususnya di kawasan Puncak (Ciawi, Megamendung, Cisarua, Puncak). Berbagai kegiatan atau ritual kerap mewarnai Rebo Wekasan di kawasan wisata ini.
Dengan berbagai rangkaian acara kegiatan dalam menyelenggarakan Rebo Wekasan ini oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, TNI-Polri, Karang Taruna, MUI, Ormas, LSM, Media serta elemen masyarakat lainnya bersama-sama memeriahkan Rebo Wekasan dengan caranya masing-masing di wilayahnya. Salah satunya adalah yang di selenggarakan oleh Puncak Ngahiji dengan tema, “Tradisi Sedekah Kupat, Tolak Musibahnya, Raih Keberkahannya“ yang
tahun 2022 ini dilaksanakan di Pasar Modern Pafesta Puncak Cisarua Bogor.
Puncak Ngahiji ini merupakan Forum Komunikasi Interaksi Masyarakat
Puncak (Ciawi-Megamendung-Cisarua-Puncak) yang beralamat sekretariat : Jalan Raya Puncak Depan Resto Cimori I, Desa Kopo Cisarua Bogor.
Ketua WN 88 Sub Unit 02 Bogor Raya Rian Herdiansyah menuturkan dirinya bersama jajaran dalam rangka menghadiri kegiatan yang sangat luar biasa ini merupakan kebanggaan dan kebahagiaan baginya.
“Saya selaku Ketua WN 88 Sub Unit 02 Bogor Raya mengapresiasi kepada Puncak Ngahiji yang merupakan Forum Komunikasi Interaksi Masyarakat Puncak sebagai pelaksana kegiatan Rebo Wekasan ini. Rebo Wekasan adalah kearifan lokal yang tentunya tidak boleh tergerus oleh kemajuan jaman, warisan dari para leluhur ini sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa bisa menjaganya dan memberikan pemahaman kepada keturunan putra putri kita sebagai generasi anak bangsa,” tuturnya.
Rian Herdiansyah menjelaskan, dengan pelaksanaan kegiatan Rebo Wekasan bisa menjadikan ajang silaturahmi bagi seluruh elemen masyarakat yang ada di wilayah Cisarua Puncak Bogor, mulai dari pemerintah wilayah Camat, Kepala Desa, MUI, Alim Ulama, Tokoh Masyarakat, Kepolisian, TNI, Karang Taruna, Ormas, LSM, serta yang lainnya akan bersinergi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tentunya bisa menjaga ketertiban dan keamanan wilayah Puncak Cisarua dari segala hal yang akan merusak tatanan kehidupan, kearifan lokal, adab perilaku yang senantiasa di jaga dengan baik oleh seluruh elemen masyarakat.
“Kedepan saya berharap tali silaturahmi ini terjalin tentu tidak hanya dalam kegiatan pelaksanaan acara saja, dalam kehidupan keseharian harus selalu terjalin silaturahmi serta tercipta keharmonisan untuk kita semua,” harapnya.
Sementara itu, Camat Cisarua Ivan memaparkan, Rebo Wekasan di kawasan Cisarua Puncak itu merupakan tradisi turun temurun. Awalnya Rebo Wekasan ini timbul dari para alim ulama.
“Nah, dari situ menyebar ke wilayah Selatan seperti Ciawi, Megamendung, Cisarua. Dan kegiatan ini adalah agenda rutin setiap tahunnya dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat yang saat ini untuk kegiatan Rebo Wekasan dipusatkan di Cisarua Puncak. Salah satu ritual atau tradisi Rebo Wekasan di puncak yakni sedekah ketupat dengan tolak bala,” tuturnya.
Nantinya, dalam rangka melestarikan tradisi turun temurun dari para leluhur kita di khususnya wilayah Puncak (Ciawi, Megamendung, Cisarua dan sekitarnya) serta dalam upaya menjaga kearifan lokal dan dalam rangka mencari keberkahan di bulan Sya’far ini.
“Saya sangat berharap untuk seluruh elemen masyarakat bisa memahami makna dan manfaat dari setiap warisan kearifan lokal ini yang di berikan oleh para leluhur kita yang tentunya atas ketentuan Allah SWT bisa sampai kepada kita semua di jaman sekarang,l Dengan setiap kali di laksanakan kegiatan ini harus bisa mengambil pemahaman untuk kehidupan kita bersama anak keturunan,” harapnya.
Ditempat yang sama, Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Saeful Rijal yang juga selaku sekretaris pelaksana kegiatan Rebo Wekasan Puncak Ngahiji mengatakan, Rebo Wekasan menjadi salah satu cara warga Puncak menjaga Ukhuwah Islamiyah yang rutin tiap tahun di laksanakan.
“Rebo Wekasan ini artinya tolak bala, menjaga adanya musibah penyakit yang datang. Ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk benar-benar solid sesuai dengan cita-cita dan keinginan serta mampu menjaga marwah kebersamaan,” katanya kepada media.
Lebih katanya, Rebo Wekasan adalah Rabu yang terakhir dibulan Safar sebelum memasuki bulan Maulid atau Mulud atau Rabbiul Awal.
Dihari itu pula Rasulullah Muhammad SAW awal dari jatuh sakitnya beliau, selama 12 hari berturut-turut dimulai sakitnya di hari Rabu terakhir bulan Safar dan dihari Ke-12 hari Senin Maulid, Rasulullah Muhammad SAW wafat/ meninggal dunia.
Dihari itu pula (Rabu Pungkasan) Allah menurunkan ke dunia yang dijelaskan dalam beberapa kitab-kitab sebanyak 360.000 macam bala/ musibah,baik kecil atau besar termasuk apes.
Berlaku untuk seluruh mahluk di angit dan bumi yang dimulai dari sejak fajar Subuh dihari Rabu 22 Safar 1444 Hijriah.
“Maka dari itu para ulama menyarankan untuk buatlah Doa Bersama dan Bersedekahlah,” imbuhnya.