Hampir 4 Tahun Berjuang, Akhirnya Masyarakat Depok Kenal dan Tahu Apa Itu DMI

DEPOK, LENSAJABAR.COM – Semenjak keberadaan Dewan Masjid Indonesia (DMI) di kota Depok progresnya sangat baik dan sangat bagus sekali. Hal ini disampaikan Ketua DMI Kota Depok, KH Dr Naseri Muhammad kepada wartawan Lensajabar.com, Minggu (06/02/2022) di Sekretariat DMI, Jl Nusantara, Depok.

KH Naseri mengatakan, sebagai pengurus DMI Kota Depok, pihaknya selama ini sudah melakukan sosialisasi selama 4 tahun, hingga masyarakat tahu dan mengerti apa itu DMI. Padahal 5 tahun sebelumnya, belum ada yang tahu keberadaan DMI. Oleh karena itu, setelah masyarakat banyak tahu apa itu DMI, selaku pengurus pihaknya akan terus melakukan perbaikan-perbaikan.

“Alhamdulillah, empat tahun belakangan ini keberadaan DMI sudah dikenal masyarakat. Saya tidak bicara pada tataran asumsi, tapi realita. Apalagi dengan jumlah masjid yang sangat signifikan sebanyak 1400 plus dengan musholla ini, akan memberikan sebuah tanggungjawab besar buat pengurus DMI. Sebab, bukan hanya pemerintah sebagai pemangku kekuasaan yang ada di kota Depok, tapi lebih kepada kita selaku umat yang kemudian kita bergabung di organisasi keagamaan ini (DMI). 15 – 20 lalu DMI tidak kedengaran di kota Depok, oleh karena itu sekarang kami berjuang turun gunung bahasanya membabat hutan, kemudian harus menghidupkan rumput dibawah dengan kepercayaan sehingga kami DMI baru bisa diakui selama 3 – 4 tahun ini,” papar KH Naseri yang didampingi pengurus lainnya.

Apalagi di kota Depok katanya, ternyata secara fisik masjid-masjid di kota Depok bagus-bagus. Contoh, mana ada masjid yang ada emasnya, terkecuali masjid Dian Al – Mahri (Masjid Kubah Emas), itu sangat luar biasa. Tapi secara manajamen ini harus lebih ditingkatkan.

“Oleh karena itu, kami sudah dan akan terus melaksanakan studi banding ke beberapa masjid yang secara catatan nasional masjid-masjid tersebut menjadi pilot project dalam manajemen, seperti Masjid Jogokariyan di Yogyakarta, kami sudah kesana pada Januari 2022 dan Masjid Al – Falah di Sragen dan beberapa masjid lainnya,” ujarnya.

Lebih lanjut katanya, DMI Kota Depok kedepan mempunyai pemikiran agar masjid-masjid punya pemahaman yang bukan hanya membangun masjid pada sisi fisik, dan masjid bukan hanya tempat ibadah saja, tapi bagaimana masjid punya dampak sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi dan kemanusiaan serta lainnya. Dan ini dapat di contoh pada masjid yang sudah menjadi pilot project yang sudah menjalankan itu. Sementara, masjid – masjid di kota Depok baru mau akan melakukan hal tersebut.

“DMI kota Depok ingin memunculkan agar masyarakat di sekitar masjid bisa sejahtera, dimanapun masjid itu berada. Jangan ada masyarakat disekitar masjid terlihat susah hidupnya. Padahal, masjid setiap minggunya mengumpulkan dana dari masyarakat/jama’ah sebagai bentuk infaq dan shadaqah. Dikemanakan uang itu, bukan hanya untuk pembangunan fisik, tapi bisa untuk pemberdayaan ekonomi,” imbuhnya.

Untuk mencoba merealisasikan bahwa masjid bukan hanya menjadi sarana ibadah, tapi masjid juga memiliki peran strategis bagi jamaah atau masyarakat sekitar agar bermanfaat dalam mensejahterakan, baru-baru ini DMI Kota Depok gelar pelatihan Digitalisasi bagi perwakilan pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di Kota Depok.

“Kami berharap, para pengurus DKM dapat memanfaatkan teknologi digital, tidak hanya dalam berdakwah secara digital saja, tapi dalam manajemen masjid seperti dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi juga diharapkan berbasis digital. Saya yakin, dengan digital bisa memakmurkan masjid, setelah itu memakmurkan jamaah atau masyarakat sekitar,” harapannya.

Ditempat yang sama, Maria selaku Wakil Bidang Pemberdayaan Wanita DMI Kota Depok mengungkapkan, terkait vaksinasi bagi anak usia dini, yakni 6 – 12 tahun bahwa masing-masing individu mempunyai perbedaan pendapat terkait vaksinasi anak usia dini.

“Ada berbagai pertimbangan, tapi kami berusaha untuk menghimbau sisi baiknya melakukan vaksinasi bagi anak usia 6 – 12 tahun sesuai yang sudah menjadi kebijakan pemerintah, tapi balik lagi kepada hal individu masing-masing,” ungkapnya.

Sementara, Sekretaris DMI Kota Depok, Endang Wahyudin menambahkan bahwa DMI punya program targetnya sampai tahun 2030, terkait masjid ramah anak, ramah lansia dan ramah penyandang disabilitas.

“Sekarang itu, masjid di Indonesia kurang lebih 800 ribu masjid dan mengutip pernyataan Ketua Umum DMI pak Jusuf Kalla, di tahun 2030 jumlah masjid diperkirakan bisa mencapai 1 juta seluruh Indonesia,” ujarnya.

Terkait masjid ramah anak, ramah lansia dan disabilitas, artinya dimasjid ada tempat bermain anak. Juga lansia bagaimana lansia itu bisa masuk masjid sendiri, apalagi disabilitas, artinya bagaimana struktur akses selain tangga untuk penyandang disabilitas harus disesuaikan dan diatur.

“Ini salah satu program yang kita sampaikan dan arahan-arahan kepada DKM-DKM. Dan masjid itu kan cuma tiga yang kita bina, pertama kepengurusannya, kedua program kerjanya dan ketiga bentuk fisik masjid itu sendiri seperti apa. Nah, disitu ada motto, memakmurkan dan di makmurkan masjid, artinya kita semua datang ke masjid, apabila kita sudah masuk masjid, berarti kita sudah mempunyai kewajiban lain,” ungkapnya.

Dari sisi Komunikasi dan Informasi, seperti yang disampaikan Ustadz Andre, DMI memang baru dikenal khususnya di Kota Depok, jadi sifatnya berusaha menyampaikan semacam publikasi, sehingga DMI itu bisa dikenal perannya di masyarakat luas.

“Program utama dari bidang Kominfo ini sebenarnya kita ingin agar masjid itu memiliki fasilitas akustik yang layak, sehingga penyampaian pesan dakwah khususnya di khotbah Jum’at dapat didengar secara jelas oleh para Jamaah,” ucapnya.

Masih katanya, penyampaian dakwah khususnya khotib Jum’at dan kajian-kajian dakwah lainnya sebaiknya yang menyejukkan umat bukan untuk memecah belah umat itu yang diharapkan.

“Kami, Kominfo DMI Kota Depok tetap berkeinginan memberikan informasi yang sebaik-baiknya, bagaimana masjid itu digunakan sebagai tempat ibadah dan sebagai pusat peradaban seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW,” ungkapnya.

Terkait info ada masjid seperti di peta-petakan, Wakil Bidang Dakwah DMI Kota Depok Syaifuddi menyatakan bahwa kalau masjid arahnya di peta-petakan, ada indikasi kecurigaan terhadap masjid.

“Saya dengan kyai sering keliling ke masjid, ternyata memang masjid itu tempat ibadah, untuk sholat, ngaji maupun belajar. Kalau sampai masjid dicurigai segala macam nanti ada radikal. Justru, siapapun banyak tahu, bahwa yang dijadikan tempat radikal itu, rata-rata rumah kontrakanl/ sewa,” imbuhnya.

Pewarta : Is Idris
Editor : Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *