Guru Besar Unpad, Beri Kuliah Umum Mahasiswa Fisipol UKI

Foto : Prof. Yanyan Mochamad Yani MAIR., Ph.D

JAKARTA,LENSAJABAR.COM– Indonesia sebagai negara besar sangat berpengaruh di ASEAN, tentu diminta atau bahkan mungkin sedikit terlibat di dalamnya. Sudah sepatutnya kita harus mengetahui bagaimana besarnya peranan Indonesia di ASEAN, apalagi bagi generasi muda. Hal ini yang disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia (Fisipol UKI) Angel Damayanti, SIP., M.Si., M.Sc, saat membuka seminar yang mengangkat tema “Indonesia dan ASEAN Pasca 2015” di Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI).

“Saya berharap dengan kegiatan ini dapat membuka wawasan bagi mahasiswa dan generasi muda, bagaimana dan apa yang harus dilakukan, karena kedepan bangsa dan negara Indonesia ada ditangan generasi muda,” ujar Angel yang juga dosen tetap pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fisipol UKI, Rabu (12/9/17).

Dikesempatan yang sama, Prof. Yanyan Mochamad Yani MAIR., Ph.D yang menyampaikan Kuliah Umum membeberkan, dahulu mengenai Politik Luar Negeri Indonesia (polugri) dari jaman Orde Lama hingga Era Reformasi.

“Pemahaman mengenai posisi polugri Indonesia adalah modal dasar dalam menganalisis fokus Indonesia di ASEAN. Beliau menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi polugri Indonesia, yaitu nasionalisme, pembangunan ekonomi, dan politik domestik. Pengaruh Indonesia juga kemudian ditentukan oleh doktrin pemimpin Indonesia dari masa ke masa. Selain itu, beliau juga menjelaskan mengapa ASEAN sangat penting bagi Indonesia,” ujarnya.

Lebih lanjut katanya, orang yang paling dekat dengan kita selain keluarga adalah tetangga, maka, “Indonesia have to be nice with its neighbors.” Indonesia merupakan ASEAN, sehingga jika tidak ada Indonesia maka tidak ada ASEAN. Kemudian, apakah tantangan Indonesia di ASEAN? Pertama, beliau menekankan pentingnya persiapan Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) yang direncanakan pada tahun 2020. Kemudian, beliau juga menekankan pentingnya memperhatikan rencana Tiongkok untuk menghidupkan kembali Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, yang dikenal dengan The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road yang mencakup 60 negara.

“Bicara keamanan maritim Indonesia, kita harus dapat menjaga pulau-pulau kecil terluar dan pulau yang memerlukan perhatian karena dikhawatirkan akan diokupasi oleh pihak asing. Maka, doktrin Presiden Joko Widodo pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara poros maritim dunia merupakan salah satu persiapan untuk menghadapi MEA,” ujar Yanyan yang juga Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini dihadapan peserta. (A-1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *