Terkendala Modal, Pengusaha Batik Lilin Berharap Dukungan Pemerintah

BOGOR, LENSAJABAR.COM — Pemilik pabrik batik di Desa Lumpang Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Hendrawan menjelaskan awal buka dari keluarga, saya mengetahui tentang batik itu dari keluarga. Orang tua saya dari kakek. Dulunya saya dari arsitek tapi banting setir, di situ lah saya mengenal tentang batik. Kamis (20/9/2018).

Dia menceritakan awal dirinya di pabrik batik keluarganya itu pada 10 Oktober 2010, sudah delapan tahun hanya tersisa tujuh orang dari 150 pengrajin.

Menurut dia, kendala dari bahan baku yang semakin mahal dan tinggi namun daya beli berkurang.

“Jadi, lokal (daerah) ini kita mati sebenarnya, kalo kita bisa hidup dari lokal jauh lebih baik ketimbang kita ekspor,” ujarnya.

Selama ini, kata dia, ekspor ke berbagai negara di antaranya, Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand.

“Batik lilin atau Batik Malang, kalau motif bisa disesuaikan seluruh daerah di Indonesia. Jadi, kita bisa sesuaikan dengan daerah-daerah yang dipasarkan,” ungkapnya.

Pihaknya berharap pemerintah bisa mendukung dengan adanya industri batik yang dijalankannya tersebut dengan mempermudah pinjaman modal.

“Selama ini kita berdiri di kaki sendiri, sedangkan kita mengajukan pemodalan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) susahnya ‘setengah mati’ dan sampai saat ini dari perbankan tidak pernak melirik,” ungkapnya pula.

Menurut dia, alasan dari perbankan sulit dimengerti jadi setiap mengajukan ke bank dilihat sistem kerjanya, rumah, pengrajin. Tidak pernah berhasil.

“Saya sudah pernah mengupayakan bikin website untuk batik tradisional kebanggaan Parung Panjang dan bekerja sama dengan lurah setempat. Ternyata tidak berhasil dan Pemerintah Kabupaten Bogor tidak merespons sama sekali,” paparnya.

Dia berharap masyarakat bisa langsung datang ke Parung Panjang, Desa Lumpang, Jalan Raya Sudamanik, kawasan industri batik Kavling 10.

“Padahal kami di sini sudah dari tahun 1991, namun pemerintah dan dinas terkait belum ada perhatiannya,” pungkasnya. (Jamil)