Napak Tilas Mengenal Sejarah dan Kebudayaan Jawa Barat

Gedung Sate, Budaya Jawa Barat, Icon Jawa Barat

Kebudayaan Jawa barat

Sejarah

Sebelum Tahun 1925, Dipakai kata Soendalanden (Tanah Sunda) alias Pasundan, merupakan istilah untuk menyebut Pulau Jawa disebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy adalah mayoritas dihuni penduduk dengan menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa Ibu.

Pada tahun 1925 istilah Jawa Barat digunakan ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan Provinsi tersebut merupakan pelaksanaan Bestuurshervormingwet.

Penduduk

Jawa Barat memiliki provinsi yang memiliki jumlah penduduk paling banyak di Indonesia. Letak yang dekat dengan Ibu kota Negara. Maka, mayoritas suku bangsa yang ada di Indonesia tinggal di Jawa barat. Suku Sunda mendominasi sebanyak 65 % penduduk Jawa barat. Suku lainnya, Penduduk yang banyak dijumpai didaerah bagian Utara Jawa Barat yakni Suku Jawa.

Kemudian, dibagian Barat yang bersempadan dengan Jakarta mayoritas didiami oleh Suku Betawi. Sementara itu, Suku Minang dan Suku Batak banyak mendiami Kota-kota besar di Jabar, seperti Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi dan Depok. Kemudian warga Tionhoa banyak dijumpai hampir diseluruh wilayah Jawa barat.

Agama

Islam merupakan Agama mayoritas Penduduk Jawa barat. Selain itu, banyak bandar-bandar yang menerapkan syariat Islam seperti Kab. Tasikmalaya, Cianjur. Agama Kristian banyak pula terdapat di Jawa Barat, dianut oleh orang Tionghoa dan sebagian Orang Batak. Agama Minoritas lainnya yang terdapat di Provinsi Jawa Barat seperti Budha, Hindu dan Konfusianisme.

SENI DAN BUDAYA JAWA BARAT

Seni Karawitan

1. Alat Musik Angklung

Dulunya, angklung memegang peranan penting untuk aktivitas upacara tertentu dalam budaya Jawa Barat, terkhusus ketika musim panen. Merdunya suara angklung dipercaya bisa mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci) yang dapat membawa kesuburan terhadap tanaman padi bagi para petani dan akan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia.

Dalam sejarah, Angklung tertua disebut Angklung Gubrag yang dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia serta usianya mencapai 400 tahun. Saat ini, beberapa angklung tersebut tersimpan di Museum Sri Baduga, Tegalega, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Sejalan dengan waktu, Bukan hanya dikenal di Indonesia, akan tetapi budaya Jawa Barat ini  merambah ke berbagai negara di Asia. Daeng Soetigna, pada akhir abad ke-20 menciptakan angklung yang didasarkan pada skala suara diatonik. Dari situlah, angklung telah digunakan dalam bisnis hiburan sejak alat musik ini bisa dimainkan secara berpadu bersama berbagai macam alat musik lainnya. Pada tahun 1966, Udjo Ngalagena, Siswa dari Tuan Daeng Soetigna mengembangkan angklung berdasar skala suara alat musik Sunda, Yakni Salendro, Pelog dan Madenda.

Baca juga :

Kaya dengan Destinasi, Yuk..! Jelajahi 80 Tempat Wisata Di Kota Bogor

Macam-macam Angklung

a) Angklung Kanekes

Kita sering menyebut daerah Kanekes sebagai Badui, Angklung di daerah kanekes dipergunakan, terutama karena hubungannya dengan upacara padi, bukan karena hiburan semata. Angklung digunakan/dibunyikan pada saat mereka menanam padi di ladang. Angklung ditabuh saat mereka menanam padi. ada yang dibunyikan secara bebas atau istilahnya dikurulungkeun, tarutama di Kajeroan (Tangtu, Baduy Jero, juga ada yang dengan ritme tertentu, yakni di Baduy Luar. Walau begitu, Angklung tetap dapat ditampilkan diluar ritus padi serta tetap memiliki peraturan, contohnya, hanya bisa dimainkan hingga masa ngubaran pare atau mengobati padi, sekitar 3 bulan sejak ditanamnya padi. Sesudah itu, selama 6 bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi ketika musim nanam padi berikutnya. Menutup angklung digelar dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yakni nitipkeun (Menitipkan, menyimpan) angklung setelah digunakan.

Sebagai hiburan, angklung biasanya ditabuh saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung dihalaman luas di Pedesaan, sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, diantaranya, Lutung Kasarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Oray-orayan, Arileu, Oyong-oyong, Dengdang, yari Gandang, badan Kula, Bangkong, Giler, Pileuleuyan, Ayun-ayunan, Kokoloyoran, Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung Muncang, Ngaranggeong, Marengo, Aceukna, Culadi Dendang, Papacangan, Keupat Reundang, Celementre, dan Salak sadapur.

8 Orang penabuh angklung dan 3 orang penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam bentuk lingkaran. kemudian yang lainnya ada yang menari menggunakan gerakan tertentu yang sudah baku akan tetapi sederhana. Semua dilakukan oleh lelaki. Perihal ini beda dengan warga Badui dalam, mereka dibatasi aturan pamali atau pantangan, tak boleh lakukan hal-hal kegembiraan duniawi secara berlebihan. Kesenian hanya dilakukan demi kepentingan ritual.

Di Kanekes, Nama angklung yang terbanyak ialah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, serta roel. Roel yang merupakan 2 buah angklung dipegang oleh seseorang.

Dari yang terpanjang, Nama- nama bedug ialah: bedug, talingtit, danketuk. Pemakaian instrumen bedug ada perbandingan, ialah di kampung- kampung Kaluaran mereka mengenakan bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan, kampung Cikeusik, cuma memakai bedug serta talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, Kampung Cibeo, cuma memakai bedug, tanpa talingtit serta ketuk.

Di Kanekes yang berhak membuat angklung merupakan orang Kajeroan( Tangtu, Badui Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, ialah Cibeo, Cikartawana, serta Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak seluruh orang dapat buatnya, cuma yang memiliki generasi serta berhak saja yang mengerjakannya di samping terdapatnya syarat- syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang populer merupakan Bapak Amir( 59), serta di Cikartawana Bapak Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di 3 kampung tersebut.

b) Angklung Dogdog Lojor

Seni dogdog lojor ada di warga Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di dekat Gunung Halimun( berbatasan dengan Sukabumi, Bogor, juga Lebak). Walaupun kesenian ini dinamakan dogdog lojor, ialah nama salah satu instrumen di dalamnya, namun di situ pula digunakan angklung sebab kaitannya dengan kegiatan ritual padi. 1 tahun sekali, sehabis panen segala warga mengadakan acaraSerah Taun atau Seren Taundi pusat kampung adat. Pusat kampung adat bagaikan tempat kediaman kokolot( sesepuh) tempatnya senantiasa berpindah- pindah cocok petunjuk gaib. Tradisi penghormatan padi pada warga ini masih dilaksanakan sebab mereka tercantum warga yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku bagaikan generasi para pejabat serta prajurit keraton Pajajaran dalam baresan pangawinan( prajurit bertombak). Warga Kasepuhan ini sudah menganut agama Islam serta agak terbuka hendak pengaruh modernisasi, dan hal- hal hiburan kesenangan duniawi dapat dinikmatinya. Perilaku ini mempengaruhi pula dalam dalam perihal guna kesenian yang semenjak dekat tahun 1970- an, dogdog lojor sudah hadapi pertumbuhan, ialah digunakan buat memeriahkan khitanan anak, pernikahan, serta kegiatan kemeriahan yang lain.

2 Buah dogdog lojor dan 4 buah angklung besar merupakan instrumen yang dipakai dalam kesenian dogdog lojor. Keempat buah angklung tersebut memiliki nama, paling besar dinamai Gonggong, panembal, kemudian Kingking serta Inclok. Tiap alat ditabuh oleh seorang, hingga semuanya berjumlah 6 orang. nyayian dogdog lojor antaralain : Bale Agung, Oleng-oleng Papanganten,Samping Hideung, Si Tunggul Kakwung, Adulilang dan Adu-aduan.

Nyayian-nyayian resebut merupakan vokal dengan ritmis dogdog serta angklung cenderung dinamis.

Baca Juga :

Menggugah Selera..! 42 Santapan Khas Jawa Barat Terkenal, Sangat Lezat serta Istimewa

c) Angklung Gubrag

Seni dan Budaya Jawa Barat selanjutnya yakni Angklung gubrag ada di Kampung Cipining, Kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini sudah berumur tua serta digunakan buat menghormati dewi padi dalam kegiatanmelak pare( menanam padi), ngunjal pare( mengangkat padi), danngadiukeun( menempatkan) keleuit( lumbung). Dalam mitosnya angklung gubrag mulai terdapat kala sesuatu masa Kampung Cipining hadapi masa paceklik.

d) Angklung Badeng

Badeng ialah tipe kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung bagaikan perlengkapan musiknya yang utama. Badeng ada di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dahulu berperan bagaikan hiburan buat kepentingan dakwah Islam. Diprediksi badeng sudah digunakan warga semenjak lama dari masa saat sebelum Islam buat acara- acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Bagaikan seni buat dakwah badeng dipercaya tumbuh semenjak Islam menyebar di wilayah ini dekat abad ke- 16 ataupun ke- 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen, serta Nursaen belajar agama Islam ke Kerajaan Demak. Sehabis kembali dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu fasilitas penyebaran Islam yang digunakannya merupakan dengan kesenian badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak 9 buah, ialah 2 angklung roel, satu angklung kecer, 4 angklung indung serta angklung bapa, 2 angklung anak, 2 buah dogdog, 2 buah terbang ataupun gembyung, dan satu kecrek. Teksnya memakai bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya saat ini digunakan pula bahasa Indonesia. Isi bacaan muat nilai- nilai Islami serta nasihat- nasihat baik, dan bagi keperluan kegiatan. Dalam pertunjukannya tidak hanya disajikan lagu- lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, semacam memotong badan dengan senjata tajam. Lagu- lagu badeng:

Lailahaileloh, Kasreng, Yautike, Lilimbungan serta Solaloh.

2. Seni Pertunjukan Buncis

Buncis disini sebagai Pertunjukan seni yang memiliki sifat menghibur, diantaranya bisa didapatkan di Baros ( Arjasari, Kab. Bandung). Awalnya, Buncis dimanfaatkan untuk acara-acar pertanian yang memiliki sangkut paut dengan padi. Beda halnya dengan saat ini, buncis digunakan sebagai hiburan. Perihal tersebut, dikarenakan semakin berubahnya penilaian masyarakat yang kurang mengindahkan segala sesuatu yang berbau kepercayaan lama.

Sejak tahun 1940-an,bisa dianggap merupakan titik akhir fungsi ritual buncis sebagai penghormatan padi, karena semenjak itu, buncis berfungsi hanya pertunjukan hiburan. Sejalan demikian tempat-tempat ngedrop padupun ( Lumbung) mulai tidak nampak di kediaman penduduk, diganti dengan karung yang dianggap lebih praktis, serta bisa dibawa ke mana-mana. Pada saat sekarangpun, padi banyak yang langsung dijual, tidak disimpan dilumbung. Semenjak itulah kesenian buncis yang mulanya dimanfaatkan untuk acara-acara ngunjal ( Bawa Padi) tidak digunakan lagi.

Teks Kesenian buncis cukup terkenal dikalangan rakyat, yakni Cis kacang buncis nyengcle. Syair tersebut berada dala kesenian buncis, hingga kesenian ini dinamakan buncis.

Peralatan yang dipakai pada kesenian buncis yaitu : 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, 1 angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok, 3 buah dogdog (1 talingtit, 1 panembal dan 1 badublag). Beriringnya waktu, kemudian ditambah dengan terompet, kecrek dan goong. Angklung buncis memiliki laras salendro dengan lagu vokal dapat berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis antaralain : Badud, Buncis, Renggong, Jangjalik, Senggot, Ela-ela, Mega Beureum. Pada saat ini lagu-lagu buncis sudah menggunakan lagu-lagu dari gamelan, tadinya pemain angklung menggunakan laki-laki sebagai penyanyi, kini oleh perempuan sebagi penyanyinya.

Dari beragam jenis musik bambu di Jawa barat, angklung diatas ada beberapa contoh tentang seni pertunjukan angklung yaitu : angklung buncis (Priangan/Bandung), angklung badud (Priangan Timur/Ciamis), angklung bungko (Indramayu), angklung gubrag (Bogor), angklung ciusul (Banten), angklung dog dog lojor (Sukabumi), angklung badeng (Malangbong, Garut), juga angklung padaeng yang identik dengan angklung nasional melalui tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938.

Angklung khusus Indonesia bermula dari berkembangnya angklung Sunda. Angklung Sunda memiliki 5 Nada ( Salendro maupun Pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908-1984) diimprove nadanya jadi tangga nada barat (solmisasi), hingga bisa memainkan lagu lainnya. Hasil dari pengembangannya, selanjutnya diajarkan ke para siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.

 

3. Wayang Golek

kesenian jawa barat yang satu ini berbahan dasar kayu, wayang golek dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan. Dimainkan oleh seorang dalang yang menguasai bermacam karakter dan suara para tokoh yang dimainkan. Wayang golek begitu difavoritkan masyarakat sunda. Pada umumnya, wayang golek digelar pada malam hingga dini hari.

Kendang merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan alat lainnya, hingga bisa menjadikan musik yang harmonis. Perkembangan selanjutnya, kendang bukan hanya dimainkan oleh beragam alat lainnya, tetapi bisa dimainkan solo bisa diartikan satu jenis alat musik, namun dimainkan dengan jumlah tidak sedikit serta menjadikan satu irama khas.

Seni Tari

1. Tari Jaipong

a) Tarian yang satu ini, merupakan yang paling terkenal di Jawa barat. Jaipong merupakan seni tari yang terlahir dari kreasi seorang seniman kota Bandung, Gugum Gumbira. Gugum Gumbira mendapatkan inspirasi dari kesenian rakyat, Salahstunya yakni Ketuk tilu, sehingga menjadikannya kenal betul perbendaharaan pola-pola gerak tarian tradisional yang ada pada kliningan atau bajidoran maupun ketuk tilu. Hingga mampu mengembangkan tarian ataupun kesenian yang hingga saat ini dikenal dengan tari jaipongan.

b) Karya Jaipong yang terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat yakni tari daun pulus keser bojong serta Rendeng Bojong, keduanya adalah jenis tari putri dan tari berpasangan (Putra & Putri). Kemunculan awal tarian tersebut dinilai gerakan erotis dan vulgar, Namun beriringnya waktu tari tersebut makin terkenal dan mulai meningkat frekuensinya baik di Televisi, acara hajat, kemudian perayaan yang diselenggarakan Pemerintah maupun oleh Swasta

c) Tari Jaipong saat ini menjadi identitas kesenian Jawa barat. Faktanya, hal ini nampak diberbagai acara penting saat penyambutan tamu asing didaerah Jawa Barat, jaipong banyak mempengaruhi kesenian lainnya yang berada di lingkup masyarakat Jawa Barat, baik itu pada kesenian pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kecapi jaipong, serta hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang berkolaborasi dengan jaipong menjadi seni Pong-Dut.

Sekitar Era 1809, Tari ketuk 3 sudah ada, dimana pada saat dibuatnya Grote Pas Weg, tarian ketuk 3 sudah familiar di kalangan masyarakat Jawa barat. Sebagai tarian rakyat tradisional, tari ketuk 3 mempunyai tata rias dan busana tersendiri.

Cocok dengan namanya, Tarian Ketuk 3 terlahir dari sebuah instrumen traidisional yang disebut Ketuk sejumlah Tiga buah. Seperti instrumen pengiring tarian lainnya, instrumen ketuk 3 dimainkan dengan cara gabungan dari pelbagai alat musik maupun instrumen musik tradisional yang menciptakan harmoni lagu khusus pengiring tarian atau nyanyiannya.

Seni Bela diri

Kasenian Jawa Barat dalam kategori bela diri yakni Tarung Drajat. Beladiri Tarung Drajat diciptakan oleh Seorang Anak Bangsa adalah Sang Guru, H. Achmad Dradjat, atau yang akrab disapa AA Boxer. Beladiri ini terlahir dengan aliran dan wadah tersendiri tanpa berapiliasi dengan aliran lain dan organisasi beladiri lain yang ada di Indonesia. Tarung Dradjat muncul dari latar belakang dan riwayat perjalanan hidup sang guru.

Pengalaman hidup Sang Guru sekitar tahun 1968 hingga tahun 1970-an, Sang Guru muda kala itu sering terlibat aksi kekerasan fisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan juga penghinaan. Olahraga Tarung Dradjat memadukan kelima unsur guna gerakan beladiri, antaralain: Pukul, tendang, tangkis, banting serta elakan.

Upacara Adat Jawa Barat

Ungkapan rasa syukur, permohonan kesejahteraan, keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat. Berdasarkan Adat istiadat warisan leluhur masyarakat Sunda yang masih dipelihara dan dihormati. Didalam kehidupan manusia populer dengan upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti upacara adat mas kehamilan, Masa lahiran, Masa Kanak-kanak, Pernikahan, Kematian dan lain sebagainya. Begitupun dengan kegiatan pertanian juga keagamaan populer dengan upacara adat yang dikenal unik dan menarik.

Adapun berbagai upacara adat di Jawa Barat bisa dikategorikan sebagai berikut :

UPACARA DAUR HIDUP MANUSIA

A.Upacara Adat Masa Kehamilan

1. Upacara 4 Bulanan Mengandung

Dahulu, berdasarkan masyarakat Jawa Barat, bila seorang wanita baru mengandung 2 maupun 3 bulan itu belum bisa disebut hamil, akan tetapi disebut ngidam. Jika sudah lewat dari 3 bulan. maka barulah disebut hamil. Ceremoni mengandung 3 bulan dan 5 bulan dilaksanakan merupakan pemberitahuan pada tetangga dan kerabat, bahwa wanita tersebut telah benar-benar hamil. Tetapi saat ini orang-orang cenderung melakukan upacara adat ketika umur kehamilan menginjak 4 bulan, karena ketika umur kehamilan 4 bulan tersebut ditiupkannya roh pada sang jabang bayi oleh Alloh SWT. Kebiasaan pelaksanaan upacara 4 bulanan ini dengan mengundang pengajian agar membacakan doa selamat, biasanya doa Nurbuat dan doa lainnya supaya bayinya mulus, sehat, sempurna dan selamat.

2. Upacara Mengandung 7 Bulan

 

Pada saat seorang wanita mengandung Tujuh Bulan dilakukan upacara Tingkeban. Upacara tersebut digelar supaya bayi dalam kandungan dan sang ibu ketika melahirkan diberikan keselamatan. Kata Tingkeban diambil dari kata Tingkeb yang artinya tutup, dalam arti kata tersebut mengandung maksud, si ibu yang sedang mengandung 7 bulan tidak diperkenankan bercampur dengan suaminya hingga 40 hari setelah persalinan, juga jangan kerja terlalu berat, karena bayi yang dikandung telah besar, hal ini supaya menghindari hal yang tidak diinginkan. Pada upacara Tingkeban biasanya dilaksanakan dengan mengadakan pengajian dengan membaca Ayat suci Al-qur’an antaralain Surat Yusuf, Surat Lukman dan Surat Maryam. Selain itu disiapkan pula peralatan untuk upacara mandikan ibu hamil, serta yang paling utama adalah rujak kanistren dengan komposisi dari Tujuh macam buah-buahan. Ibu hamil tersebut tadi dimandikan oleh Tujuh orang keluarga karib dengan dipimpin satu orang paraji dengan cara gantian serta menggunakan Tujuh lembar kain batik yang digunakan secara gantian pada tiap guyuran dan dimandikan oleh air Tujuh rupa kembang. Ketika guyuran ketujuh dimasukan belut hingga kena pada perut sang Ibu hamil, Perihal ini dimaksudkan supaya bayi yang akan dilahirkan bisa berjalan lancar ( Bisa diilustrasikan licin seperti belut. Bertepatan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang sudah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Perihal ini dimaksudkan supaya balita yang dikandung serta orang tuanya bisa berbuat baik lahir serta batin, semacam kondisi kelapa gading rupanya elok, apabila dibelah airnya bersih serta manis. Seperti itu perumpamaan yang diharapkan untuk balita yang dikandung biar memperoleh keselamatan dunia- akhirat. Setelah berakhir dimandikan umumnya bunda berbadan dua didandani dibawa mengarah ke tempat rujak kanistren tadi yang telah dipersiapkan. Setelah itu si bunda menjual rujak itu kepada kanak- kanak serta para tamu yang muncul dalam upacara itu, serta mereka membelinya dengan memakai talawengkar, ialah genteng yang telah dibangun bulat semacam koin. Sedangkan sang bunda berbadan dua menjual rujak, suaminya membuang sisa perlengkapan mandi semacam air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Seluruhnya itu wajib dibuang di jalur simpang 4 ataupun simpang 3. Sehabis rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.

3. Upacara Mengandung 9 Bulan

Setelah usia kandungan sang Ibu menginjak 9 Bulan. Dalam upacara ini digelar pengajian supaya bayi yang dikandung segera lahir dengan selamat. Pada upacara ini dibuatkan bubur lolos, merupakan simbol untuk upacara ini agar diberikan kemudahan ketikan melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan berikut nasi tumpeng maupun makanan yang lainnya.

4. Upacara Reuneuh Mundingeun

Usia kehamilan biasanya hingga usia 9 Bulan, akan tetapi ada juga perempuan yang mengandung diusia lebih dari 9 bulan, bahkan 12 Bulan akan tetapi belum juga melahirkan.Kehamilan semacam ini disebut, Reuneuh Mundingeun.

Upacara Reuneuh Mundingeun dilakukan supaya wanita yang hamil tua tersebut segera melahirkan jangan seperti Kerbau, juga supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Pada pelaksanaan Upacara Reuneuh Mundingeun, leher wanita yang sedang hamil itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh paraji seraya baca do’a dibawa ke kandang kerbau. Jika tidak ada kandang kerbau, bisa diganti dengan keliling rumah sebanyak 7 kali.Wanita hamil itu mesti berbuat seperti kerbau dan menirukan suara kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak dengan cambuk ditangan. Setelah keliling kandang kerbau ataupun rumah, selanjutnya oleh paraji wanita hamil tersebut dimandikan dan disuruh masuk kedalam rumah. Di Kota Upacara semacam ini telah jarang dilaksanakan.

B. Upacara Kelahiran dan Masa Bayi

1. 1. Upacara Memelihara Tembuni

Tembuni atau Placenta tidak boleh dibuang, karena itu dinilai sebagai saudara bayi, akan tetapi mesti digelar upacara ketika menguburkan ataupun menghanyutkannya ke sungai. Ketika bayi dilahirkan ke dunia, tembuni/ placenta juga keluar, placenta tersebut biasanya dirawat dibersihkan dan dimasukin kedelam pendil lalu dicampuri bumbu seperti,garam, asam dan gula merah terus ditutup menggunakan kain putih yang telah diberi udara melalui bambu kecil. Biasanya pendil tersebut diemban dengan kain panjang dan dipayungi, lalu oleh seorang paraji dikuburkan dihalaman rumah maupun dekat rumah. Akan tetapi ada juga yang dihanyutkan ke sungai secara adat.

Upacara penguburan placenta tersebut disertai dengan pembacaan do’a selamat dan tawasulan kepada Syekh Abdul Qodir Zaelani serta para ahli kubur. Sampai tali pusat bayi lepas dari perutnya, dikuburan placenta tersebut dinyalakan pelita. Upacara pemeliharaan Placenta dimaksud agar bayi itu diberikan keselamatan dan nanti dijadikan orang yang berbahagia.

2. Upacara Nenjrag Bumi

Agar dikemudian hari anak tidak cepat terkejut ataupun takut apabila mendengar bunyi yang tiba-tiba dan menakutkan. Maka diadakanlah upacara Nenjrag Bumi yaitu Upacara memukulkan alu ke bumi sebanyak 7 kali dekat bayi, bisa juga dengan cara lainnya yakni sang bayi dibaringkan di atas lantai dari bambu yang sudah dibelah-belah, selanjutnya paraji menghentakan kakinya ke pelupuh dekat didekat bayi.

3 .Upacara Puput Puseur

Setelah tali pusat bayi terlepas, suka diadakan selamatan. tali Pusat yang telah lepas tersebut dimasukin oleh Paraji kedalam kanjut kundang. Setelah itu, pusar bayi ditutup oleh uang logam/benggol yang sudah dibungkus kasa maupun kapas dan diikat kepada perut bayi, tujuannya supaya pusat bayi tidak didosol. Bisa juga, pada saat upacara Puput Puseur sekaligus dengan pemberian nama bayi. Ketika upacara tersebut dibacakan doa selamat, dan disediakan bubur merah bubur putih. Terdapat kepercayaan yang menyatakan bahwa tali pusat (tali ari-ari) merupakan saudara bayi juga yang harus dirawat dengan sungguh-sungguh. Adapula saudara bayi yang 3 lagi yaitu tembuni, pembungkus, serta kakawah. Tali ari, Tembuni, Pembungkus serta Kakawah juga biasa disebut Dulur Opat Kalima Pancer, adalah 4 saudara dan kelimanya bayi itu. Semuanya itu wajib dirawat dengan baik supaya kelak setelah dewasa bayi tersebut bisa hidup rukun dengan saudara-saudaranya ( Adik dan kakaknya) hingga tercapai kebahagiaan.

4. Upacara Ekah

Kata Ekah sebenarnya berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata Aqiqatun artinya anak kandung. Upacara Ekah adalah menebus jiwa anak sebagai karunia Tuhan, atau juga ungkapan rsas syukur telah dikaruniai anak oleh Tuhan YME, serta anak tersebut diharapkan kelak menjadi orang yang Sholeh dan bisa menolong kedua orangtuanya nanti di Akhirat.

Upacara Ekah biasanya dilaksanakan sesudah usia bayi 7 hari, atau 14 hari juga boleh setelah 21 hari. Adapun perlengkapan yang mesti disediakan yaitu domba ataupun kambing untuk disembelih, Untuk anak laki-laki dombanya harus 2 (terkecuali untuk yang kurang mampu, cukup Satu ekor saja), untuk anak perempuan cukup seekor saja.

Syarat domba yang akan disembelih bagi Upacara Ekah itu harus baik dan memenuhi syarat untuk kurban. Kemudian domba tersebut disembelih oleh ahlinya bisa juga ajengan dengan pembacaan doa selamat, lalu dimasak dan dibagikan kepada kerabat.

5. Upacara Nurunkeun

Upacara Nurunkeun merupakan upacara pada dikala awal kali balita dibawa ke taman rumah, dengan iktikad biar memahami area serta bagaikan pemberitahuan buat orang sebelah kalau balita itu sudah bisa digendong dibawa berjalan- jalan di taman rumah. Upacara Nurun keun dilaksanakan sehabis 7 hari upacara Puput Puseur. Pada penerapannya biasa diadakan pengajian buat keselamatan pula bagaikan hiburannya diadakan tumbuhan tebu ataupun tumbuhan pisang yang digantungi aneka santapan, game kanak- kanak yang diletakan di ruang tamu. Biar diperebutkan oleh para tamu paling utama oleh kanak- kanak.

6. Upacara Cukuran/Marhabaan

Upacar cukuran bertujuan supaya membersihkan rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran ataupun marhabaan merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas karunia anak yang telah dilahirkan dengan selamat.

Upacara Cukuran dilakukan ketika bayi berusia 40 hari. Pada pelaksanaannya, bayi dibaringkan ditengah tamu undangan beserta perlengkapan bokor yang telah diisi air kembang Tujuh rupa serta gunting yang telah digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut bayi.

Saat itu pula, mulailah tamu undangan berdo’a dan berjanji atau disebut marhaban atau pupujian, yakni memuji sifat-sifat nabi Muhammad SAW dan membacakan do’a yang bermakna selamat lahir bathin dunia dan akhirat. Ketika Marhabaan itupula rambut bayi digunting sedikit demi sedikit oleh beberapa orang yang berdo’a pada saat itu.

7. Upacara Turun Taneuh

Sesudah bayi agar besar, setelah dapat merangkak maupun melangkah sedikit demi sedikit. Upacara turun Taneuh dapat diselenggarakan, upacara pertama kali bayi menjejakkan kakiknya ke tanah.

Upacara Turun Taneuh dimaksud supaya si anak mengetahui keduniawiaan dan agar mengetahui akan menjadi apakah kelak anak tersebut, apakah akan menjadi pejabat, petani atau menjadi apa?.

Perlengkapan Upacara Turun Taneuh harus lebih lengkap dari upacara nurunkeun, selain aneka jenis makanan juga disediakan kain panjang untuk menggendong, tikar maupun taplak putih, padi satu genggam, Perhiasan emas (kalung, gelang cincin), uang yang terdiri dari uang lembaran ratusan, ribuan dan puluhan ribu. Jalannya upacara, jika para tamu undangan sudah kumpul diadakan do’a selamat, kemudian setelahnya bayi digendong dan dibawa keluar rumah.

Sementara itu, dihalaman rumah sudah disiapkan berbagai makanan, perhiasan dan uang yang telah disimpan di atas kain putih, kemudian kaki sang anak diinjakan ke padi/makanan, emas serta uang, perihal tersebut ditujukan agar si anak kelak pintar mencari nafkah. Seterusnya, anak tersebut dilepaskan diatas barang-barang tadi dan dibiarkan merangkak sendirian, tamu undangan mengawasi barang apakah yang pertama kali dipegangnya. Apabila anak tersebut memegang padi, maka perihal itu menandakan bahwa anak itu kelak akan menjadi saudagar/pengusaha.

Apabila yang dipegang emas, pertanda anak itu nanti akan menjadi orang memiliki pangkat atau berkedudukan terhormat.

C. Upacara Masa Kanak-kanak

Meratakan gigi anak perempuan menggunakan alat khusus yaitu Gusaran. Upacara Gusaran dilaksanakan supaya gigi anak perempuan rata, terutama agar tampak bertambah cantik.

Upacara gusaran dilaksanakan jika anak perempuan telah berumur 7 tahun. Upacara berjalan dengan proses, setelah didandani anak perempuan tersebut duduk di antara tamu undangan, kemudian membacakan doa dan sholawat kepada baginda besar nabi Muhammad SAW, terus paraji melakukan gusaran terhadap anak perempuan itu, bila sudah selesai lalu dibawa ke tangga rumah untuk disawer. selanjutnya acara makan-makan.

Kebiasaannya, dalam upacara Gusaran juga dilakukan tindikan, yakni melubangi daun telinga untuk dipasang anting-anting, supaya terlihat lebih cantik lagi.

2. Upacara Sepitan/Sunatan

Agar alat vital anak bersih dari najis, maka dilaksanakanlah Upacara sunatan/khitanan. Anak yang sudah melakoni upacara sunatan dinilai sudah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat Islam.

Upacara sepitan anak perempuan dilakukan pada saat anak itu masih kecil atau bayi, supaya tidak malu. Upacara sunatan dilakukan biasanya apabila usia anak lelaki menginjak umur Enam tahun. Dalam upacara sunatan, selain tukang sunat, diundang pula para tetangga, handai tolan serta kerabat.

ketika pelaksanaannya, Pagi-pagi sangat anak yang bakal disunat dimandikan atau direndam di kolam hingga menggigil ( Saat ini perihal tersebut jarang dilakukan, mengingat teknologi kesehatan telah berkembang), selanjutnya dipangku dibawa ke pekarangan rumah untuk di sunat oleh Paraji (bengkong), disaksikan banyak orang antaralain ada yang pegang ayam jantan untuk disembelih, ada juga yang pegang petasan serta bermacam tetabuhan sembari menyanyikan marhaba.

Bersamaan anak itu disunat, ayam jantanpun disembelih sebagai bela, petasan disulut, serta dibunyikannya tetabuhan. Selanjutnya anak yang sudah disunat dibawa ke dalam rumah supaya diobati oleh paraji sunat.

Tak lama setelahnya, para undanganpun berdatangan. Undangan memberikan uang / nyecep pada anak sunat tersebut supaya bergembira dan bisa melupakan rasa sakitnya. Pada acara tersebut ada juga yang sekaligus menyelenggarakan hiburan antara lain seperti wayang golek, Sisingaan dan aneka tarian.

D. Urutan upacara adat perkawinan bisa diruntun sebagai berikut, sbelum akad nikah, saat akad nikah dan setelah akda nikah

1. Upacara sebelum akad nikah

pada proses ini lazimnya dilaksanakan adat :

* Neundeun Omong : yakni kunjungan orang tua jejaka pada orang tua gadis agar bersilaturahmi serta menyimpan pesan bahwa kelak anak gadisnya akan dilamar.

* Ngalamar dengan kata lain nanyaan atau nyeureuhan yakni kunjungan orang tua jejaka untuk melakukan pinangan /lamaran si gadis, didalam kunjungan itu dibahas pula terkait rencana waktu pernikahan. Dalam acara penutup, pelamar memberikan uang sealakadarnya pada orang tua sang gadis sebagai panyangcang atau pengikat, terkadang dilengkapi pula dengan sirih pinang si gadis telah terikat dan sisebut orang tunangan.

* Seserahan : Yakni Si jejaka sebagai calon pengantin lelaki diserahkan kepada calon mertuanya untuk dinikahkan kepada si gadis. Pada acara ini kebiasaannya dihadiri oleh para kerabat terdekat, disamping itu, juga diserahkan barang-barang berupa uang, pehiasan, pakaian, kosmetik serta perlengkapan wanita linnya, dalam hal ini tergantung pada kemampuan pihak calon pengantin pria. Upacara ini dilaksanakan 1 atay 2 hari sebelum hari pernikahan adapula yang melaksanakan pada hari perkawinan sebelum akad nikah.

* Ngeyeuk Seureuh : yaitu mengatur sirih juga mengait-ngaitkannya. Upacara Nyeuyeuk seureuh dilaksanakan 1 hari sebelum hari pernikahan, kedua calon pengantin menghadiri upacara ini, orang tua calon mempelai juga para tamu undangan yang sudah dewasa. Dipimpin oleh seorang pengetua, perlengkapan untuk upacara ini seperti sirih beranting, setandan buah pinang, mayang pinang, tembakau, kasang jinem/kain, elekan dan lain sebagainya, semua itu mengandung simbol dalam kehidupan berumah tangga.

Upcara Ngeuyeuk seureuh bertujuan agar menasihati kedua mempelai tentang pandangan hidup dan cara menjalankan kehidupan berumah tangga didasarkan pada etika dan agama, agar bahagia dan selamat. Upacara pokok didalam adat pernikahan yaitu kabul atau akad nikah.

2. Upacara Adat Akad Nikah

Upacara pernikahan bisa digelar bila sudah memenuhi beberapa ketentuan yang sudah diatur dalam Agama Islam dan adat. Ketentuan itu ialah : keinginan dari kedua calon pengantin untuk mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan tanpa adanya paksaan, Diharuskan adanya wali nikah yakni ayah calon mempelai wanita ataupun wakilnya yang sah, Ijab kabul, adanya saksi dan mas kawin dari mempelai laki-laki untuk mempelai wanita. Bertindak sebagai pimpinan pelaksana akad nikah ialah seorang Penghulu/ Naib, yakni pejabat KUA.

Akad nikah biasanya dilaksanakan di Mesjid atau di rumah mempelai wanita. Untuk pelaksanaannya, Kedua mempelai duduk bersanding dihapit oleh orang tua kedua mempelai, mereka duduk saling hadap-hadapan sama penghulu yang di kanan kirinya didampingi oleh Dua orang saksi dan para tamu undangan duduk berkeliling.

Yang harus mengawinkan kedua mempelai yaitu wali atau mewakilkan kepada penghulu. Kalimat menikahkan dari Penghulu disebut ijab, sedangkan sambutan mempelai laki-laki disebut qobul (Kabul). Sesudah dilaksanakan ijab-qobul dengan baik, kemudian mempelai laki-laki membacakan talek, atau bermakna janji, juga menandatangani surat nikah. Upacara ditutup dengan penyerahan mas kawin dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan.

3. Upacara Adat sesudah akad nikah

a) Munjungan/sungkeman adalah Para mempelai melakukan sungkem terhadap kedua orangtuanya supaya memohon restu.

b) Upacara Sawer (Nyawer) : Pelaksanaan sawer dilakukan di halaman rumah di bawah cucuran atap, dalam upacara sawer dipimpin oleh juru sawer. Adapun perlengkapan yang diadakan yakni sebuah bokor beisikan beras kuning, uang receh/ logam, bunga, 2 buah tektek (lipatan sirih yang berisi ramuan untuk menyirih) serta permen.

Pelaksanaannya, Juru sawer menaburkan isi bokor terhadap kedua mempelai dan tamu undangan, dibarengi syair yang dinyanyikan oleh juru sawer sebagai selingan.

Upacara nyawer memiliki makna tersurat pada syair yang dilantunkan juru sawer, pada intinya yaitu memberikan nasihat terhadap kedua pengantin supaya saling mengasihi, juga mendoakan supaya kedua pengantin memperolah kesejahteraan dan kebahagiaan didalam membina rumah tangganya supaya hidup rukun hingga akhir hayat.

 

c) Upacara Nincak Endog/ injak telur dilaksanakan setelah upacara nyawer, pengantin keduanya mendekati tangga rumah, disana sudah tersedia perlengkapan semisal sebuah ajug/lilin, 1 ikat harupat (sagar enau) berisikan Tujuh batang, 1 buah tunjangan/barera (alat tenun tradisional) yang telah diikat kain tenun poleng, 1 buah elekan, 1 butir telur ayam mentah, 1 buah kendi berisi air serta batu pipisan, semua perlengkapan memiliki perlambang.

Didalam pelaksanaan upacara, sebuah lilin yang sudah disiapkan, dinyalakan, pengantin perempuan membakar ujung harupat lalu dibuang, kemudian pengantin laki-laki menginjak telur, sesudah itu kakinya ditaruh di atas batu pipisan untuk dibasuh air kendi oleh pengantin perempuan serta kendinya langsung dihempaskan ke tanah sampai hancur. Adapun makna yang terkandung dalam upacara tersebut yaitu menggambarkan pengabdian seorang isteri terhadap suaminya.

d) Setelah upacara nincak endog, kemudian dilakukan upacar buka pintu. Dalam pelaksanaannya, pengantin perempuan masuk ke dalam rumah, sedangkan pengantin laki-laki menunggu diluar, sebelum pengantin laki-laki membacakan syahadat, pengantin perempuan enggan membuka pintu. Adapun makna upacara ini yakni agar meyakinkan kebenarannya beragama Islam. Sesudah membacakan syahadat, pintu dibuka dan pengantin laki-lakipun dipersilahkan masuk. Proses tanya jawab diantara keduanya dilaksanakan dengan nyayian (tembang) yang dilakukan juru tembang.

e) Upacara Huap Lingkung : Kedua pengantin duduk berdampingan,posisi pengantian perempuan berada disebelah kiri laki-laki, sedangkan dihadapan kedua pengantin sudah disiapkan adep-adep yakni nasi kuning dan bakakak ayam. Awalnya, bakakak ayam dipegang kedua pengantin, lalu keduanya saling tarik menarik sampai menjadi 2. Barangsiapa yang memperoleh bagian paling besar, maka dialah yang akan mendapatkan rejeki besar diantara keduanya.

Kemudian kedua pengantin saling menyuapi. Upacara huap lingkung dimaksud supaya kedua pengantin saling memberi tanpa batasan, dengan hati tulus dan ikhlas. Setelahnya, kedua pengantin disuruh duduk dipelaminan diapit sama kedua orang tua pengantin untuk terima ucapan selamat dati tamu undangan (pada acara resepsi).

E. Upacara Adat Kematian

Setiap manusia yang hidup didunia, pasti akan mengalami kematian, adapun rangkaian upacara adat kematian sebagai berikut : memandikan jenazah, mengkafani, menyolatkan jenazah, menguburkan, menyusur tanah dan tahlilan, yakni membacakan do’a dan berdzikir terhadap Alloh SWT. Supaya arwah orang yang baru wafat diampuni semua dosa serta diterima amal kebaikannya, serta memberikan do’a untuk keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta beriman didalam menghadapi cobaan.

Tahlilan dilakukan dikediamannya, pada umumnya tahlilan digelar sore/malam hari, hari pertama bisa disebut poena, tiluna / hari ketiga, tujuhna (hari ketujuh), matang puluh (40 harinya), natus (100 hari), mendak taun (1 tahun) dan newu (1000 hari).

UPACARA ADAT BERTANI

A. Upacara Adat Seren Taun

Upacara Seren Taun ialah upacara mengangkut padi (ngangkut pare) dari sawah menuju lumbung padi memakai pikulan khusus yang dinamakan rengkong berikut diiringi permainan instrumen tradisional. Kemudian di gelar pertemuan antara tokoh masyarakat bersama pejabat pemerintah setempat. Dalam perkumpulan tersebut diantaranya. Disampaikan info gembira bagi pejabat setempat terkait kesuksesan hasil pertanian serta pencapaian kesejahteraan masyarakat pada waktu yang sudah dilalui.

Yang merupakan salah satu tujuan upacara seren taun yakni memanjatkan rasa syukur terhadap Tuhan untuk keberhasilannya dalam bertani juga berharap lebih berhasil kembali pada saat yang akan datang.

Upacara tersebut bisa ditemukan di Kasepuhan Sirnarasa, Cisolok – Sukabumi Selatan, Cigugur Kuningan dan baduy – Lebak/Banten.

B. Upacara Adat Kawin Tebu

Upacara kawin Tebu digelar mirip upacara pernikahan manusia, dimana satu batang tebu dikawinkan kepada tebu lainnya dengan suatu prosesi upacara. Upacara ini dilakukan sesudah panen menuju tebu dimasukan ke pabrik untuk di proses menjadi gula, maupun awal musim tanam tebu.

menuju proses diadakan perkawinan tebu, dipertontonkan bermacam pertunjukan kesenian yang melibatkan masyarakat setempat, utamanya oleh pekerja pabrik gula berikut keluarganya.

Upacara tersebut merupakan ungkapan rasa syukur terhadap hasil tanam yang dicapai juga memohon terhadap Tuhan YME, supaya hasil tanam mendatang lebih baik lagi. Upacara semacam ini bisa ditemukan di wilayah Kadipaten, kabupaten Majalengka.

C. Upacara Adat Ampih Pare

Upacara tersebut ialah upacara menyimpan hasil panen dari sawah menuju lumbung. Adapun pelaksaan Upacara tersebut, dimana para petani memikul hasil panennya menggunakan alat pikul yang dinamakan rengkong.

Dalam perjalanan, rengkong menimbulkan bunyi yang khusus, upacara ampih pare merupakan satu prosesi pagelaran kesenian yang khusus. upacara ini bisa ditemukan di kabupaten Sumedang, Cianjur, Karawang dan Subang.

D. Upacara Adat Ngarot

Upacara tersebut dilakukan ketika dimulainya musim tanam, yakni saat awal musim hujan, ketika musim tanam yang baik agar menggarap tanah palawija di Ladang.

Adapun teknis pelaksanaannya dengan cara menggelar keramaian dalam bentuk arak-arakan menuju Bale Desa.

Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur serta permohonan terhadap sang pencipta supaya hasil berladangnya diberikan barokah juga diberikan kelimpahan hasilnya bagi kesejahteraab warga setempat. Upacara seperti ini bisa ditemukan didaerah Indramayu.

E. Upacara Adat Sedekah Bumi

Upacara ungkapan rasa syukur terhadap hasil bumi yang diterima masyarakat berhasil memuaskan dinamakan upacara sedekah bumi.

Upacara ini bisa ditemukan di Cirebon, pelaksanaannya di makam Sunan Gunung Jati dipimpin oleh Ki Penghulu.Sesudah upacaranya beres, biasanya dilaksanakan bermacam kesenian di Alun-alun dengan puncak acara Pagelara seni wayang orang.

F. Upacara Adat Pesta Laut

Upacara ini pada biasanya digelar di wilayah pesisir Jawa barat semisal Pelabuhan Ratu (Sukabumi) serta Pangandaran (Ciamis).

Upacara adat pesta laut dilakukan merupakan ungkapan rasa syukur terhadap Alloh SWT untuk hasil laut yang didapatkan para nelayan, juga sebagai ungkapan permohonan supaya para nelayan terus diberikan keselamatan juga kesehatan serta dianugerahi hasil laut yang melimpah ruah.

Dalam upacara adat pesta laut, perahu-perahu nelayan dihiasi bermacam-macam ornamen berbagai jenis warna yang dinaiki para nelayan serta dilengkapi dengan sesajen. Yang unik pada upacara ini ialah para nelayan menghadiahkan kepala kerbau yang telah dibungkus kain putih terhadap penguasa laut yang dipercaya sebagai penolak bala.

Posisi paling depan merupakan perahu yang membawakan sesajen dan kepala kerbau yang diikuti perahu-perahu lainnya yang ditumpangi para nelayan serta keluarganya juga masyarakat setempat.

Selanjutnya, Perahu melaju ke tengah-tengah laut, mereka bersorak ria dibarengi permainan alat musik, juga melantunkan lagu-lagu pujian kepada Tuhan YME, mereka menikmati upacara itu, mereka berdo’a bersama-sama demi keselamatan. Pesta laut diselenggarakan sekali dalam setahun.

UPACARA ADAT KEAGAMAAN

A. Upacara Ngirab/Rebo Wekasan

Upacara rebo Wekasan ditandai dengan adanya masyarakat setempat yang pergi berziarah ke makam Sunan Kalijaga, dilakukan di hari Rabu terakhir dibulan Shafar, dikarenakan waktu tersebut diyakini hari yang terbaik untuk menghilangkan bencana serta kemalangan didalam hidup manusia.

Sesudah selesainya upacara, kemudian dilanjutkan dengan berbagai perlombaan seperti, lomba dayung dan lain sebaginya.

Upacara ini bisa ditemukan di Sungai Drajat, Kota Cirebon.

B. Upacara Maulud Nabi Muhammad Saw

Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan upacara keagamaan bermaksud memperingati hari kelahiran nabi besar Muhammad SAW, dimana sejumlah masyarakat kumpul berdatangan dari bebagai wilayah di luar kota Cirebon guna mengikuti upacara itu.

Kemudian, setelah beres upacara dilanjutkan dengan ziarah ke makam para wali serta keramat-keramat lainnya, baik dari masyarakat Cirebon atau masyarakat dari luar Cirebon.

Peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW juga dilaksanakan di setiap daerah dengan cara pengajian juga pembacaan sholawat terhadap Nabi Muhammad SAW diikuti ceramah keagamaan.

Upacara ini adalah merupakan upacara keagamaan. Maulud Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW dimana sejumlah masyarakat berkumpul berdatangan dari berbagai daerah di luar Kota Cirebon untuk mengikuti upacara tersebut. Setelah selesai upacara dilanjutkan dengan ziarah ke makam para wali dan kramat-kramat lainnya, baik dari masyarakat Cirebon maupun masyarakat dari luar daerah. Di tiap daerah pun diadakan peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw, dengan cara pengajian dan pembacaan solawat kepada Nabi Muhammad Saw disertai ceramah keagamaan.

C. Upacara Adat Nyalawean

Selama Lima hari diadakan upacara keagamaan guna mengingat hari lahir Nabi besar Muhammad SAW bertempat di Alun-alun desa Trusmi, kab. Cirebon.

Upacara tersebut dilakukan 12 hari sesudah peringatan yang sejenis di Keraton Cirebon. Diluar pelaksanaan keagamaan, juga melakukan ziarah ke makam para moyang orang Trusmi supaya memperoleh Rahmat, kesejahteraan dan kebahagiaan.

D. Upacara Peringatan Isro Miraj

Di tiap wilayah di Jawa Barat khususon bagi umat Islam, tiap bertepatan pada 27 bulan Rajab biasa digelar peringatan Isro Miraj.

Isro ialah hijrahnya Nabi Muhammad dari masjidil Haram Mekah ke mesjidil Aqso. Sebaliknya Miraj merupakan kejadian menaiknya Nabi Muhammad ke langit ke 7 serta diberikannya wahyu buat melakukan sholat 5 waktu satu hari. Pada penerapan peringatan Isra Miraj biasa diadakan pengajian, pembacaan solawat serta ceramah keagamaan. Perihal ini dimaksudkan supaya manusia dalam melaksanakan hidupnya harus disertai dengan kenaikan ibadah terhadap Allah SWT. Seusai aktivitas tersebut biasa diadakan makan nasi tumpeng bersama.

E. Upacara Lebaran 1 Syawal

Sesudah usainya puasa bulan Ramadhan selama Satu bulan penuh, maka pada tanggal 1 Syawal menjadi hari raya Idul Fitri yakni dimana hari umat Muslim merayakan hari yang penuh kesucian serta kebebasan, bebas dari puasa juga bebas dari dosa.

Pada Pagi hari sesudah sholat Shubuh, Umat Islam melakukan sholat berjamaah di lapangan maupun masjid, memperdengarkan ceramah serta berdo’a.

Kemudian, setelah itu bersalaman untuk saling memaafkan. Begitupun ketika tiba dikediaman dilakukan acara sungkeman