BOGOR, LENSAJABAR.COM – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Universitas Pakuan Bidang Pemberdayaan Perempuan gelar Diskusi Marak Akhir Tahun yang mengangkat tema “Darurat Pelecehan Seksual di Lingkungan Pendidikan”, Sabtu (25/12/2021).
Diskusi ini berlangsung pada pukul 17 : 30 WIB dengan narasumber antara lain Wahyu Hidayat Lubis (Founder Boemi Poetra Institute), Nurfajriah (Pemerhati Isu Perempuan) dan Torismayanti (Formateur terpilih Ketua Umum HMI Badko Jabodetabeka-Banten).
Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan, Olfi Firda Fitria menyampaikan, acara ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab HMI – Wati, khususnya Komisariat Universitas Pakuan dalam mewujudkan Muslimah yang berkulitas Insan Cita.
“Tema yang kami angkat ini berangkat dari hasil diskusi kita di internal dengan jajaran pengurus. Ini merupakan keresahan kita terhadap kejadian-kejadian tak beradab yang dilakukan oleh pelaku pendidikan seperti yang banyak diberitakan akhir-akhir ini di berbagai akun media sosial maupun media pemberitaan lainya, atau bahkan diantara teman-teman menyaksikan langsung perilaku tak beradab ini,” paparnya.
Masih menurut Olfi, pihaknya sudah membuat platform mengenai isu ini sejak 2019 akhir, namun karena resources dianggap belum kuat, jadi dengan terpaksa vakum terlebih dahulu.
“Semoga dengan dilaksakannya acara diskusi ini, kita lebih masif lagi dalam menyuarakan isu ini,” ungkapnya.
Diskusi berlangsung hangat, menghadirkan isu-isu kekerasan dan peecehan seksual yang marak terjadi akhir-akhir ini. Kasus tersebut antara lain kasus Novia Widya dengan Bripda Randy, belum lagi beberapa kasus pada lingkungan pendidikan yakni kasus yang menimpa seorang mahasiswi di Semarang yang dipaksa berhubungan badan oleh dosennya antara tahun 2020 hingga 2021. Kemudian kasus Dosen di Aceh diduga lecehkan 3 mahasiswi lewat chat pada tahun 2019. Terjadi juga kasus pelecehan oleh Dosen Universitas Sriwijaya kepada 3 mahasiswi dan pelaku ditetapkan jadi tersangka pada Jum’at, (10/12/2021) lalu. Selanjutnya terjadi kasus Dosen Unsri yang lecehkan mahasiswinya di laboratorium kampus pada 28 Agustus 2021. Kasus yang tidak kalah menggegerkan publik adalah kasus yang dilakukan oleh Dosen di Universitas Riau yang telah ditetapkan menjadi tersangka pencabulan pada 27 Oktober 2021 lalu.
Seperti diketahui, Torismayanti Formateur terpilih Ketua Umum HMI Badko Jabodetabeka-Banten yang juga seorang guru sebagai pembicara pertama menyampaikan pentingnya edukasi seksual sejak dini.
“Sex education itu penting dilakukan sejak di bangku sekolah bahkan di lingkungan keluarga,” ujarnya.
Sementara, Wahyu Hidayat Lubis Founder Boemi Poetra Institute selaku pembicara kedua menampaikan bahwa pentingnya kampus-kampus khususnya di Kota Bogor untuk segera merealisasikan Permendikbud No 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkungan Perguruan Tinggi.
“Kita sudahi perilaku-perilaku yang tidak beradab yang terjadi akhir-akhir ini di lingkungan perguruan tinggi, karena jika tidak ada respon serius dari pihak kampus, moral force seorang berpendidikan tinggi dipertanyakan,” ujarnya.
Masih katanya, isu ini dalam beberapa waktu ke depan harus tetap diagungkan dan dalam waktu dekat pihaknya bersama kawan-kawan Boemi Poetra Institute akan melaksanakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan isu ini.
“Mari wujudkan kampus yang sehat bersama kita lawan predator seks di lingkungan pendidikan khususnya di Kota Bogor,” tandasnya.
Ditempat yang sama, Nurfajiah selaku pemerhati isu perempuan menuturkan bahwa belum terjadi pemerataan pengetahuan yang cukup bagi masyarakat mengenai kekerasan dan pelecehan seksual karena minimnya sosialisasi.
“Banyak terjadi pelecehan bahkan kekerasan seksual dalam aktivitas keseharian kita, tapi kadang kita tidak tahu bahwa itu merupakan bentuk pelecehan ataupun kekerasan, sehingga menjadi kebiasaan,” imbuhnya.
Lebih lanjut katanya, pelecehan dan kekerasan seksual dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki.
“Namun, karena bangunan budaya Toxic Masculinity di lingkungan menyebabkan kasus-kasus yang menimpa laki-laki tidak begitu terlihat,” ungkap Nurfajiah.
Pewarta : Ayub
Editor : Is Idris