Rakor Karhutla Provinsi Sumsel di Griya Agung

SUMSEL,LENSAJABAR.COM – Kepala BNPB Pusat bapak Letjen Tni Doni Munardo memimpin Rapat Koordinasi penanggulangan Karhutla yang diikuti oleh seluruh Forkopimda Provinsi Sumsel, kabupaten yang daerahnya terkena Karhutla,di Griya Agung Palembang pada hari selasa (24/92019).

Kegiatan Rakor ini diawali dengan paparan Danrem 044/Gapo, dengan menjelaskan kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam penanganan Karhutla diwilayah Sumsel, serta upaya-upaya yang sudah dilaksanakan. Mulai dari sosialisasi,patrol, gelar penempatan Pasukan gabungan Karhutla di 90 desa rawan Karhutla,penanggulangan dengan cara tehnis, penegakkan hokum dan pembentukan satgas doa.

Kepala BNPB mengapresiasi langkah langkah yang sudah dilakukan selama ini,dan mengucap syukur karena hujan telah turun pada saat kegiatan tersebut.Semoga dengan turunnya hujan ini menurunkan jumlah hot spot di Sumsel dan mematikan api serta menghilangkan kepulan asap ujar Doni.

Disamping itu juga Kepala BNPB mengingatkan kembali potensi bencana yang terjadi. “Poinnya adalah Kenali ancamannya, siapkan strateginya. Ketahui masalahnya Carikan solusinya” tegasnya.

Gambut merupakan cikal bakal batu bara muda yang mengalami proses ratusan tahun silam,jadi harus kita pahami bahwa gambut merupakan sumber bahan bakar,hal ini pernah dimanfaatkan oleh Hitler pada masa PD II dalam mengoperasionalkan angkatan perangnya. Dalam menjinakan gambut kita tidak boleh melepaskannya dengan unsur lain,yaitu air. Gambut harus dalam keadaan basah/terendam, sehingga namanya menjadi Rawa Gambut.

Apabila gambut sudah terpisah dengan air dan mengalami kekeringan dan terbakar,maka upaya pemadamannya sangat sulit.Oleh karena itu kembalikan fungsi gambut, yang tetap harus berair, berlahan basah, dan rawa.

Gambut berasal dari kayu dan daun yang kering selama ratusan tahun. Kedalaman gambut di Indonesia bervariasi bahkan ada yang sampai 36 meter.Gambut yang kedalaman seperti ini apabila terbakar akan sangat menyulitkan sekali dalam penanganannya.

Diakhir penjelasannya Kepala BNPB memegaskan,semua potensi bencana itu harus ada solusinya. Kita harus melibatkan masyarakat setempat bersama sama dalam penanganan. Kita harus merubah perilaku masyarakat.

Lebih baik kita membayar masyarakat,dari pada masyarakat dibayar oleh kelompok tertentu untuk membakar lahan. Kita yang membayar masyarakat dengan mendanai kegiatan teretentu untuk menopang perekonomiam masyarakat setempat. Misalnya seperti yang terjadi di Meranti Riau,ternyata untulk lahan gambut seperti disana bisa ditanami dengan pohon pisang dengan jenis pisaqng barangan.Kenapa kita tidak nendanai upaya ini,agar prilaku masyarakat berubah,dari membakar lahan menjadi memanfaatkan lahannya dengan tanaman yang menopang perekonomiannya.

Ini salah satu contoh.Banyak jenis tanaman lain yang bisa numbuh subur di lahan gambut. Terapkan sosialisasi terpadu Pentahelix, meningkatkan kapasitas penyuluh lapangan dan hidup bersama rakyat,merupakan contoh terapan yang baik dan bernilai guna tandasnya.

(Penrem/Riyan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *