Pesimis Bantuan Pemerintah, Warga Bangun Jembatan Secara Swadaya

CIPONGKOR,LENSAJABAR.COM —Jembatan yang membentang di atas sungai Cijambu sepanjang 30 meter dengan lebar 1,5 meter ini sangat memprihatinkan, bagaimana tidak?Jembatan yang menghubungkan Desa Kampung Pangkalan, Ciketa, Cintaharja dan Buntersari, Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat ini hanya berbahan material kayu. Padahal jembatan ini merupakan aksebilitas ekonomi dan pendidikan 500 kepala keluarga empat kampung sekitarnya.

Rida Riyadi selaku Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Trapawana Kabupaten Bandung Barat memaparkan, sejak sepuluh tahun lalu, jembatan bambu ini di bangun atas swadaya masyarakat, karena warga kampung Pangkalan, Desa Sirnagalih dan kampung Ciketa serta Desa Cijambu harus memutar 3 Kilometer untuk sampai jalan utama.

“Walau dengan bahan seadanya,warga membangun jembatan ini bahkan tali yang di gunakan untuk mengikat bambu menjadi jembatan hanya berupa sabut kelapa.Karena memang jembatan ini sangat di butuhkan,” tandas Rida.

Senada, Ketua Trapawana Jawa Barat, David Riksa Buana mengungkapkan, pihaknya telah menginventarisir kebutuhan material untuk membangun jembatan terbuat dari besi. Butuh sedikitnya Rp.280 juta agar jembatan bisa berdiri kokoh dan aman untuk di lalui warga.

“Setelah melakukan survei lapangan dan koordinasi dengan warga setempat, pemerintah desa dan kecamatan, kami berencana menggalang donasi dan membangun secara swadaya,” ungkap David.

Beberapa bahan bangunan seperti batu dan pasir serta memanfaatkan yang ada di sungai Cijambu, bersama warga pengumpulan bahan bangunan mulai dilakukan.

“Untuk semen, besi, papan dan kawat harus beli, makanya kita membuka peluang bagi siapa saja yang akan turut membantu mewujudkan insfrastruktur masyarakat ini,” kata David.

Lebih lanjut lagi David menjelaskan,Penggalangan dana, dilakukan melalui media sosial dan mengajak komunitas yang ada di Bandung Barat untuk bersama-sama menggalang dana halal. Jika menunggu rencana pemerintah setempat membangun,harapannya sangat kecil.

“Sejak Bandung Barat berdiri tidak ada jembatan baru dibangun, padahal kontur dan topografi wilayah Bandung Barat yang berbukit dan dilintasi sungai membutuhkan jembatan sebagai aksebilitas ekonomi dan pendidikan masyarakat sekitarnya,” papar David.

Di sisi lain, salah seorang warga yang enggan disebut namanya mengungkapkan, dirinya sudah beberapa kali melaporkan ke pemerintah setempat agar jembatan segera diperbaiki, namun jawaban pihak desa selalu saling tuding masalah perbatasan desa.

“Kalau laporan disuruh foto, tapi fotonya gak pernah diminta. Terus juga saling tuding kewenangan karena jembatan itu perbatasan dua desa yaitu Cijambu dan Sirnagalih,” katanya.

Padahal tuturnya, warga sengaja membangun jembatan terbuat dari bambu lantaran keberadaannya sangat vital dan dibutuhkan warga untuk mengangkut hasil panen. Kini jembatan itu nyaris roboh dimakan usia sementara warga tidak ada pilihan lain selain melalui jembatan ini.

“Kalau memutar bisa satu jam atau sekitar empat kilometer untuk sampai ke jalan utama, walaupun mengancam keselamatan habis mau gimana lagi,” keluhnya.(*red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *