Pertama Kali, Menjadi Khotib Sholat Ied, Kapolda Jateng Sampaikan Materi Penting Ini

SEMARANG, LENSAJABAR.COM — Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel bertindak selaku khatib dalam pelaksanaan Shalat Idul Fitri bertempat di Lapangan Pancasila Simpanglima Kota Semarang, Rabu (5/6).

Rycko menyampaikan Khotbah dengan tema ” Hidup Mulia di Bumi Pancasila Sebagai Aktualisasi Akhlak Al-Qur’an. Sedangkan yang menjadi Imam Shalat yakni KH. Zaenuri Ahmad Al- Hafiz pengasuh Pondok Nurul Qurani Kabupaten Semarang.

Shalat Idul Fitri di mulai pukul 06.15 WIB, Sejumlah tokoh dijadwalkan mengikuti Shalat Ied di antaranya Sekda Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono.

Akses menuju Simpanglima ditutup untuk kendaraan bermotor selama pelaksanaan salat Id.

Adapun isi khutbah yang disampaikan Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel diantaranya adalah sebagai seorang muslim kita harus mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan sebagai rakyat Indonesia harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

“Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama harus dijadikan rujukan dan diaktualisasikan ke dalam sila-sila Pancasila, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial.” papar Kapolda Jateng.

Sila pertama : Ketauhidan dan Habluminalloh

Umat manusia harus mengakui adanya satu Tuhan yang diyakini dan disembah. Begitu pula dengan Pancasila, yang menyatakan adanya ketuhanan yang juga satu, meskipun berbeda agama.

Sila kedua : Hablum minnnas

Sesama manusia saling mengenal, maka akan timbul sikap saling hormat-menghormati. Salah satu cara manusia untuk mengenal yaitu dengan berdialog. Dialog dapat memunculkan keterbukan berbagai pihak, yang pada akhirnya akan timbul sikap saling mengetahui satu sama lain, dan juga melahirkan sikap saling menghomati. Sehingga di sinilah letak beradabnya manusia;

Sila ketiga : Ukhuwah

Persatuan akan terwujud apabila kita memiliki sikap toleransi antar sesama, saling menghargai dan saling menghormati. Persatuan harus lebih banyak melihat persamaannya, bukan perbedaannya, yang justru akan menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Persatuan merupakan gabungan dari keberagaman;

Sila keempat : Mudzakaroh ( Perbedaan Pendapat) dan Syura ( Musyawarah)

Rasulullah SAW memerintahkan untuk melakukan musyawarah, bukan karena beliau membutuhkan pendapat mereka, akan tetapi ketika beliau menanyakan pendapat mereka, setiap orang akan berusaha berpikir keras untuk merumuskan pendapat yang terbaik dalam pandangan mereka, sehingga sesuai dengan suara hati masing-masing. Sedangkan pada prinsip Mudzakarah, dimaksudkan sebagai suatu sikap penghargaan terhadap pendapat orang lain yang satu sama lain cenderung berbeda;

Sila kelima : Adil

Keadilan sosial berkaitan erat dengan maqoshidus-syari’ah (sasaran-sasaran syari’at), yang terdiri dari tiga aspek:

1. Dharuriyat, mengenai perlindungan terhadap jiwa dan raga manusia; 2. Hajiyat, pemenuhan kebutuhan hidup manusia, dan; 3. Tahsiniyat, peningkatan kualitas hidup manusia;

“Marilah kita untuk selalu bermuhasabah, introspeksi diri, membaca diri dan berhati hati dalam setiap melakukan perbuatan dimuka bumi yang fana ini. Yakin dan percayalah bahwa semuanya akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT kelak di yaumul qiyamah.” pungkasnya. (Moh. Asep).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *