PAPUA, LENSAJABAR.COM — Aksi penyerangan kembali terjadi di Pos Kotis Satgas Pamtas Mobile Yonif Raider 300/Bjw, yang kali ini telah melampaui batas toleransi yang wajar. Pada aksi kali ini, Kelompok Separatis Bersenjata (KST) telah melibatkan seorang siswa SMA sebagai mata-mata untuk mengawasi Pos Kotis Ilaga Satgas Pamtas Mobile Yonif Raider 300/Bjw. Kejadian ini terjadi pada Jum’at (08/09/2023).
Peristiwa ini diungkapkan oleh Komandan Satgas Mobile Raider 300 Siliwangi, Letkol Inf Afri Swandi Ritonga, melalui rilis tertulisnya di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, juga pada Jum’at (08/09/2023).
Kejadian berawal di pagi hari sekitar pukul 07.40 WIT ketika Pos Kotis Satgas Pamtas Mobile Yonif Raider 300/Bjw sedang menjalankan rutinitas pengamanan seperti biasanya. Namun, dari arah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Ilaga, terlihat dua remaja yang diperkirakan berusia sekitar 16 tahun (SMA) dengan gerakan yang mencurigakan. Mereka terus memantau arah Pos Satgas sambil bermain dengan ponsel mereka. Mengingat situasi terkini di Distrik Ilaga sering kali menjadi target teror dan penembakan oleh Kelompok Separatis Bersenjata (KSTP), Komandan Satgas Mobile Yonif Raider 300/Bjw segera memerintahkan personelnya untuk memeriksa kedua remaja tersebut.
Proses pemeriksaan terhadap siswa SMA itu dilakukan dengan sikap yang humanis, namun ekspresi wajahnya mencerminkan kepanikan dan penolakan saat ponsel Android miliknya diperiksa oleh personel Satgas. Pada saat itu juga, remaja tersebut melarikan diri dan menghilang ke dalam hutan. Tak lama setelah itu, terdengar suara tembakan dari arah belakang SMAN 1 Ilaga yang mengarah ke personel yang sedang melakukan pemeriksaan. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Suara tembakan tersebut mengonfirmasikan bahwa remaja tersebut adalah mata-mata yang diutus oleh KSTP untuk mengawasi Pos Satgas sebelum melakukan serangan.
Menyikapi situasi ini, Komandan Satgas Mobile Yonif Raider 300/Bjw segera memobilisasi tiga tim yang dipimpin oleh Perwira Pasiops Satgas 300, Lettu Inf Dzaky Naufal, untuk mengejar pelaku ke arah belakang SMAN 1 Ilaga. Selama proses pengejaran, tidak ada reaksi balasan dari kelompok KST, sehingga tim pengejaran juga melakukan pemeriksaan terhadap rumah-rumah tradisional Honai-honai yang dilewati selama pengejaran. Akhirnya, di salah satu Honai, ditemukan sejumlah barang mencurigakan, antara lain:
-
-
- Handphone (4 buah)
- Pena pemukul (1 buah)
- Busur panah (10 buah)
- Pisau (2 buah)
- Bendera Bintang Kejora (1 buah)
- Senter (1 buah)
- Teropong (1 buah)
- Kelongsong kaliber 7.62 mm (1 buah)
- Charger handphone jenis Oppo (2 buah)
- Kepala gergaji besi (1 buah)
- 1 set rangkaian picu
- Ikat kepala (1 buah)
- Tas punggung (1 buah)
- Stop kontak (1 buah)
- Inverter (2 buah)
- Kalung Khas OPM (20 buah)
- Gelang Khas OPM (4 buah)
- Kertas bertuliskan sandi (1 buah)
-
Dari peristiwa ini, dapat disimpulkan bahwa remaja yang melarikan diri saat akan diperiksa merupakan korban paksaan kelompok KST untuk melakukan mata-mata di Pos Satgas. Ini ditunjukkan oleh ekspresi ketakutan dan keterpaksaan remaja tersebut untuk mengintai Pos Satgas Yonif Raider 300/Bjw. Selain itu, dapat dipastikan bahwa siswa SMA ini juga telah mendapatkan ancaman dari kelompok KST.
Dalam ponsel milik siswa SMA, ditemukan sejumlah foto tokoh KST yang memamerkan berbagai jenis senjata laras panjang dan laras pendek bersama kelompok mereka. Diperkirakan bahwa aksi ini dilakukan oleh Kelompok Numbuk Telenggen (NT), yang dikenal kejam dan sering melakukan intimidasi serta penembakan terhadap masyarakat yang menjadi sasarannya.
Dalam peristiwa ini, beruntungnya tidak ada korban jiwa dan pengejaran berlangsung aman. Namun, peristiwa ini memaksa seluruh Aparat Keamanan di Distrik Ilaga untuk meningkatkan status siaga tempur guna mengantisipasi kemungkinan aksi lanjutan dari kelompok KST.
Komandan Satgas Mobile Raider 300 Siliwangi, Letkol Inf Afri Swandi Ritonga, sangat menyesal atas kejadian ini. “Kejadian ini sangat menyedihkan dan memilukan karena KSTP telah menggunakan anak-anak remaja untuk melancarkan aksi mereka. Terlebih lagi, remaja tersebut masih bersekolah, seharusnya dia bisa fokus pada pendidikannya dan mempersiapkan masa depannya. Namun, karena tekanan dan ancaman KST, dia terpaksa menjadi simpatikus KST,” ujar Dansatgas.
Situasi di Kabupaten Puncak saat ini masih kondusif, terutama di wilayah Ilaga, berkat pendekatan persuasif yang selalu dijalankan oleh Satgas 300 dan aparat keamanan lainnya dalam menghadapi setiap tindakan dari KSTP.