CIMAHI, LENSAJABAR.COM — Target Pemkot Cimahi untuk membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti harus menjadi nol sampah.
Dalam dua tahun ke depan, hal tersebut akan diwujudkan oleh Pemkot Cimahi. Sejumlah langkah pun telah disiapkan untuk merealisasikan target ambisius tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, Chanifah Listyarini yang akrab dipanggil Rini, langkah yang harus dilakukan tentu saja adalah melakukan pemilahan sampah dari sumber, baik dari rumah tangga, industri, pasar, hingga sumber produksi sampah lainnya.
“Secara perlahan-lahan, harus mau melakukan pilah sampah di sumbernya. Semuanya harus dipilah dengan total, mulai dari rumah tangga hingga beberapa kawasan yang dilayani oleh Pemkot seperti industri, pasar, dan lain sebagainya. Itulah yang harus kita lakukan,” tegas Rini.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup juga akan menyiapkan beberapa Tempat Pembuangan Sementara (TPS) seperti di Pasar Atas, Leuwigoong, dan Cibeber untuk dijadikan lokasi pengolahan sampah organik maupun anorganik. Tempat-tempat ini sudah ditentukan, dan nantinya akan disiapkan juga peralatannya.
“Jadi, semua sampah, harapannya sampah organik bisa diolah di wilayah masing-masing. Jika tidak dapat diolah di lokasi masing-masing, sampah akan dikirim ke TPS, dan nanti kita akan melakukan treatment di TPS itu untuk sampah organik,” ujar Rini.
Rini juga menyatakan bahwa pihaknya berencana membeli lima alat pemilah dan pencacah sampah. Alat-alat ini akan dibeli menggunakan dana yang berasal dari Biaya Tak Terduga (BTT), mengingat kondisi saat ini sedang dalam keadaan darurat pengelolaan sampah.
“Alat tersebut akan digunakan untuk memilah antara sampah organik dan anorganik, serta mencacah sampah organik. Jadi, sampah organik yang tidak bisa diolah di wilayah akan dikumpulkan ke kita, dan kemudian akan kita cacah,” jelasnya.
Rini juga menjelaskan bahwa untuk mewujudkan target nol sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti, pihaknya sedang membangun dua tempat yang akan dijadikan lokasi Refuse-derived Fuel (RDF) plant, yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat. Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Diperkirakan dua lokasi tersebut akan mampu mengolah sampah hingga 50 ton per hari.
“Yang terakhir, kita juga harus menyiapkan untuk mencacah daun,” tambah Rini.
Rini menjelaskan bahwa hasil dari pengolahan sampah organik yang telah dilakukan di beberapa lokasi akan dimanfaatkan untuk pakan maggot, komposting, hingga biomassa. Sedangkan sampah anorganik yang memiliki nilai jual akan dikirim ke operator-operator seperti Bank Sampah Samici.
“Untuk sampah dengan nilai rendah, harus diolah menjadi RDF plant. Di wilayah Santiong, akan ada dua mesin untuk RDF plant,” terang Rini kembali.
Selanjutnya, pihaknya juga sedang mencari solusi yang tepat untuk mengolah sampah residu. Meskipun saat ini sudah memiliki incinerator di TPS Cibeber untuk menangani sampah residu yang mencapai 20 persen dari total produksi sampah harian yang mencapai 226 ton, Rini mengingatkan bahwa pengelolaan incinerator harus mematuhi syarat-syarat yang berlaku. Pihaknya juga sudah menjajaki kerjasama dengan BNPB untuk membantu dalam penanganan sampah residu.
Rini melanjutkan bahwa dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan tersebut, pihaknya yakin target nol sampah yang dibuang ke TPA akan tercapai.
“Mungkin dalam tahap awal, kita hanya dapat mengurangi seperempat dari jumlah sampah yang dibuang ke TPA secara perlahan-lahan tapi pasti, sambil kita menyiapkan peralatan treatment yang diperlukan. Insya Allah, kita harus optimis menuju sana (zero sampah),” pungkas Rini.