Citarum Berharap Menjadi Harum Untuk Dunia, Namun Berakhir Miris

KAB. BANDUNG, LENSAJABAR.COM – Akhir masa Program Citarum Harum berakhir gelap. Program Citarun sebagai program pusat untuk mengembalikan kepercayaan dunia yang menyebutkan Sungai Citarum sungai terkotor sedunia sejak tahun 2018 berakhir menyedihkan.

Akibat dunia menjuluki Sungai Citarum terkotor sedunia, maka tahun 2018 mulai gencar dalam memperbaiki sungai Citarum agar lebih baik dan bisa merubah paradigma dunia tentang sungai terpanjang yang ada di Jawa Barat. Di bawah Komando Panglima Kodam III/Slw Mayjen Doni Monardo saat itu, sungai Citarum kembali mampu merubah paradigma dan membuktikan kepada dunia.

Mirisnya, akhir dari masa 7 tahun program Citarum tidak sesuai harapan. Dengan visi dan misi Dansatgas (Gubernur) Ridwan Kamil sungai Citarum harus bisa diminum. Namun, hasil semua hanyalah pepesan kosong, bahkan sampai saat ini sungai Citarum masih belum aman dari limbah dan sampah yang selalu mengancam fungsi sungai, bahkan sedimentasipun menjadi salah satu problem yang tak pernah tuntas.

Triliunan anggaran Negara seakan sia-sia untuk mempertahankan sungai Citarum dari segala aspek program, termasuk pembuatan sampah TPS3R, seakan tak berfungsi maksimal dengan ucapan buaian layaknya iklan. Kinerja tanpa anggaran negara tahun 2018 lebih hebat ketimbang dengan Negara memberikan anggaran tahun 2019/2020.

Meski Perpres No.15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai sebagai modal utama dalam program Citarum, tetap saja mentah dalam mengatasi dampak lingkungan yang melintasi sungai. Hal tersebut terbukti jelas, masih bisa kita temukan sungai ataupun anak sungai yang masih tercemar limbah industri, sampah dan sedimentasi yang menjadi pulau kecil sehingga sungai menjadi sempit.

Terkait giat program Citarum dilapangan selalu diinfokan, bahkan Deputi Kemenko Marves Saleh mengucapkan, terima kasih Bang Ucok atas info hasil investigasinya.

Di saat Renaksi 2025 sudah habis, dan perubahan kabinet, kemudian penghematan anggaran, maka kekhawatiran bahwa Citarum mundur kembali memang wajar.

Ini membuktikan bahwa program Citarum Harum sebagai program percontohan untuk dunia bisa gagal. Pasalnya sungai Citarum diprediksi akan kembali kotor dan jorok, bahkan tidak menutup kemungkinan industri kembali berulah dengan membuang limbah cairnya serampangan. Lalu apa langkah pemerintah selanjutnya dalam menuntaskan dampak lingkungan yang sangat kompleks?.

Hendra Pemerhati Lingkungan mengatakan, dirinya merasa kemunduran program Citarum Harum ini sejak 2 tahun lalu, sampai akhir masa 7 tahun ini berakhir.

“Saya heran anggaran yang besar dari negara seakan sia-sia terserap, cenderung lebih ke bisnis, tidak serius menjalankan tugas, jika mengingat gigihnya dulu (alm) Letjen TNI Doni Monardo dulu memperjuangkan Citarum agar menjadi harum untuk dunia, dengan akhir yang cukup miris,” ujar Hendra, Minggu (16/2/2025).

Hendra menambahkan, ketidakseriusan dalam menjalankan tugas dengan melupakan Pentahelix dan mengabaikan hal kecil, bahkan cenderung santai-santai saja kecuali jika sudah viral baru ‘grasa-grusu’ kinerjanya, mengakibatkan hal yang saat ini terjadi. Banyak masyarakat luar mengatakan Citarum tak seperti dulu, dengan contoh banyak icon yang hancur tak terawat, bahkan merawat saja sulit apalagi harus menciptakan karya.

Maka, jangan harap program Citarum Harum ini berakhir baik. Hal hasil seperti apa yang kita lihat saat ini. Silahkan saja lihat sendiri, apa yang dilakukan saat masa transisi program akan berakhir, masyarakat semua bisa menilainya, apakah makin baik atau makin kendor kinerjanya. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *