Balai Bahasa Sumsel Lakukan Pemetaan Sastra di Muba

MUBA,LENSAJABAR.COM – Sebagai salah satu bagian dari program pelindungan bahasa dan sastra daerah, pemetaan sastra merupakan langkah awal tindakan pelindungan yakni kajian vitalitas, konservasi, dan revitalisasi sastra. Dari hasil penelitian pemetaan sastra diharapkan tindakan-tindakan pelindungan sastra dapat dilakukan secara sistematis dan efektif.

Senin, (3/02/2020) sebanyak tiga orang tim dari Balai Bahasa Sumsel turun ke Kabupaten Musi Banyuasin. Mereka adalah Yeni Mastuti MPd selaku ketua tim bersama dengan anggotanya Dr. Budi Agung Sudarmanto SS MPd dan Erlinda Rosita MPd.

Yeni Mastuti menjelaskan, “Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari, terhitung sejak tanggal 3-7 Februari 2020. Konsep pemetaan sastra (mapping literature) dalam penelitian pemetaan sastra ini bukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsi unsur-unsur kartografi dalam ruang fiksi (cartographic components al literature).

Namun, pemetaan sastra yang dimaksud di sini adalah upaya memetakan khazanah sastra (mapping the wealth of literature) yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tutur bahasa daerah pada wilayah tertentu yang ada di Indonesia”.

Dengan didampingi Budayawan Musi Banyuasin, Yoyong Amilin dan Penggiat Sastra Budaya Muba, Herdoni Syafriansyah tim Balai Bahasa Provinsi Sumsel mengunjungi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Muba serta berhasil menjumpai sejumlah pelaku sastra lisan yang ada di Kecamatan Sungai Keruh dan Kecamatan Sekayu.

Salah satu anggota tim Balai Bahasa Dr. Budi Agung Sudarmanto, S.S., M.Pd menambahkan, “Pemetaan Sastra dalam konteks yang dilaksanakan Balai Bahasa Sumsel adalah penelitian-penelitian terhadap sastra asli daerah yang ada di Sumatera Selatan sebagai kesatuan bidang penelitian yang mandiri. Dilakukan secara mendalam dan berkelanjutan untuk memvisualkan persebaran sastra-sastra berbahasa daerah atau Indigenous literature, yaitu penelitian dan penggalian khazanah sastra asli termasuk yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin. Upaya ini tiada lain untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra-sastra asli daerah dengan unsur-unsur bahasa daerah dan budaya lokal yang saling berkaitan.”

Sementara itu, salah satu pelaku sastra tutur Senjang, Novia Wulandari, S.Pd mengatakan sangat senang dan mengapresiasi sekali kegiatan yang dilakukan oleh Balai Bahasa Sumsel ini.
“Saya, berharap dengan kegiatan Pemetaan Sastra ini bisa memberikan informasi dan gambaran perihal kondisi sastra tutur yang ada di Muba khususnya bagi masyarakat di luar Kabupaten Musi Banyuasin yang membutuhkan data-data,” tutupnya.

Selama lima hari berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Tim Balai Bahasa Sumsel telah berhasil menghimpun dokumentasi perihal Andai-andai, Senjang, Serambah, Busik Tawe dan Dundai Melayu.

(Ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *